Kamis, 16 Desember 2010

materi pembelajaran SMA kelas X SEMESTER 1

MENDENGARKAN SAMBUTAN DAN MENGUNGKAPKAN POKOK-POKOK ISINYA



Anda TEntu pernah mendengarkan sanbutan . sambutan di sini berpungsi mengantarkan atau mengarahkan pesaerta untuk masuk ke suatu inti suatu acara .

Sanbutan yang baik terdiri atas bagian bagian sebagai berikut:
-. Bagian pembukaan berisi ucapan penghoratan kepada hadirin dan syukur kepada tuhan yang maha esa
-. Bagian isi berisi tentang latar belakang dan uraian singkat tentang penyelenggaraan
-. Bagian penutup berisi harapan akan lancarnya acara serta ucapan trimakasih pada semua pihak yang terlibat dalam acara tersebut.

MENGGUNAKAN KALIMAT DENGAN PERLUASAN PRASE NOMINAL (INI,ITU,TADI,TERSEBUT,SEBUAH,SEORANG,SUTU DAN SESUATU)


Dalam kesempatan ini mari kita bahas mengenai pengunaan prase nominal ini dan itu.
Kata INI adalah kata penunjuk kata penunjuk ini biasanya di gunakan untuk menunjukan benda yang jaraknya relatip dekat . sedangkan kata penunjuk ITU untuk menunjukkan benda yang jaraknya relatip jauh
a. kata itu atau ini sebagai penunjuk benda . yang terletak di awal kata yaitu terdapat kata .ini pohon mangga , ini si dia ,itu mobil saya ,itu bapak saya.
b. Kata ini dan itu Sebagai pembatas benda yang di bicarakan ,yaitu .rumah ini belum di huni,kamar ini belum di bersihkan, rumah itu akan di jual ,jalan itu akan di bongkar
c. Kata ini dan itu sebagai pengganti benda .atau di gunakan pada benda yang di gantikan ini akan saya jual , kamu mau pilih yang ini apa yang lain? Itu lebih enak dari pada yang lain , itu saja sudah cukup.
d. Kata ini itu sebagai pemberi penekanan di gunakan dibelakang kalimat yang akan di tekankan yaitu,saya ini pemuda di sini makanya saya permasalahanya .keberhasilan itu dicapai berkat bantuan orang banyak.
e. Kata ini itu sebagai kata hubungan dengan benda atau hal yang yang telah di sebutkan di dalam kalimat yang terdahulu.saya dapat nilai bagus itu karena saya anak pintar di kelas. Mobil sudah kotor itu harus di cuci,saya dapat nilai bagus ,ini hasil orang giat belajar.

Pengunaan kata tadi dan tersebut
-. Kata tadi menunjukkan kata waktu yang baru san telah terjadi
-. Kata tersebut merupakan kata yang merujuk pada kata atau kalimat yan g di sebutkan pada kalimat sebelumnya .contoh kamu anak jalanaan, kata2 tersebut seharusnya tidak di keluarkan dari mulutnya.

Penggunaan kata sebuah dan seorang

Kata sebuah dan seorang merupakan kata bantu bilangan kata bantu ini di gunakan dengan aturan sebagai berikut:
a. kata seorang dapat berarti satu orang. Kata ini di gunakan di depan kata benda yang menyataakan orang termasuk yang berkenaan dengan :
1. kata nama perkerabatan seperti

- ada seorang ibu duduk di situ
- saya punya seorang kakak

2. kata nama pangkat atau gelar dan jabatan seperti :

- sebagai seorang kepala keluarga memikul beban yang sangat berat
- kakak saya seorang polisi

b. kata sebuah berarti satu buah , kata ini di gunakan di depan kata benda umum dan terhitung

- dia membawa sebuah mobil baru
- dia memerlukan sebuah sepeda motor

pengunaan kata suatu dan sesuatu

kata suatu dan sesuatu harus di pakai dengan tepat kata suatu harus di ikuti dengan kata benda sedangkan kata sesuatu tidak di ikuti dengan kata benda

- dia menemukan sesuatu
- pada suatu hari dia dating dengan wajah yan g sangat pucat




MEMBACA INTENSIP BERPOLA UMUM –KHUSUS SERTA PERBEDAANYA

Dalam suatu para grap terdiri dari gagasan pokok dan di ikuti dengan kalimat kalimat penjelas dalam pengembangan para grap ada dua pola yang sering di gunakan
1. pola umum ke khusus yang artinya gagasan pokok terletak di awal paragarp dan di ikuti dengan gagasan penjelas
2. pola khusus ke umum(induktif) artinya ide penjelas terletak di awal paragraph dan di ikuti gagasan yang bersipat umum atau ide pokok

MENULIS KARANGAN ILMIAH BERBENTUK EKSPOSISI

Dalam menulis karangan tentunya anda terlebih dahulu menentukan tema karangan tersebut, dan masalah yang sering di hadapi dalam menentukan tema karangan adalah menentukan topic atau pokok pembicaraan , di lihat dari segi karangan tersebut bahwa di antara topic dan tema ini mempunyai kemiripan yang di mana sesungguhnya di antara ke dua ini memiliki perbedaaan yang sangat mendasar. Topic adalah pokok pembicaraan dalam sebuah karangan . sedangkan pengertian tema dalam mengarang dapat di lihat dari dua sudut yaitu sudut setelah karangan itu selesai yang artinya tema di suatu pesan atau gagasan pokok yang ingin di sampaikan pengarang kepada pembaca . sedangkan tema di lihat dri segi proses pembuatan karangan yaitu suatu rumusan dari topic yang akan di jadikan landasan pembicaraan dalam karangan tersebut atau tema ini adalah bagian penjelasan dari topic

Setelah menentukan tema anda tentunya akan mengembangkan topic anda menjadi sebuah karangan akan tetapi alangkah baiknya jika anda membuat kerangka karangan terlebih dahulu fungsi dari kerangka karangan ini :
- untuk menyusun karangan secara tratur
- memudahkan penulis mencapai klimaks
- menghindari pengarapan topic sampai dua kali
- memudahkan penulis untuk mencapai materi pembantu

karangan eksposisi ini bertujuan untuk memberikan impormasi maka pengembangan karangan ekspo di uraikan dalam bentuk proses.


MEMAHAMI DRAMA DAN NOVEL


Dranma adalas suatu kaarya sastra yang di pentaskan yang di mana menceritakan suatu kejadian atau pengalaman hidup manusia.

Karakterlistrik sebuah drama adalah
-. Terdapat pengalaman hidup manuasia
-. Di pentaskan atau di pertunjukkan
-. Di hadapan orang banyak
-. Di atas panggung
-. Berbentuk dialog

Jenis-jenis drama

-. Drama absur= drama yng mengabaikan atau melanggar konversi alur penokohan dan tematik
-. Drama borjuis = drama yang menceritakan kaum bangsawan
-. Drama dometik=drama yang menceritakan rakyat biasa
-. Drama heroic= drama yang menirukan bentuk tragedy dan yang selalu bertemkan cinta dan nama baik
-. Drama liris= drama yang berbentuk puisi
-. Drama rumahtngga = drama yang mengggambarkan suatu rumah tangga yang relistis
-. Drama satire= yaitu drama yang berdiri sendiri umumnya bersipat komedi
-. Drama tari=. Yaitu drama yang di lakonkan dengan tarian
-. Drama tendens=. Drama yang berisi masalah social seperti kepincangan2 yang terjadi dalam masiarakat
-. Drama duka =. Drama yang kusus menggambarkan kejahata ataun kereuntuhan tokoh utama .



Unsur2 intrinsik drama

a. premis atau tema

peremis atau tema sering di sebut dengan ide sentral .tema merupakan perumusan inti sari cerita .atau sering di sebut ide pokok dalam drama .

b. karakter atau tokoh

tokoh adalah karakter yang hidup ia merupakan indipidu rekaan yang mengalami suatu pristiwa dalam suatu cerita . atau ia adalah sebuah boneka di tangan penulis.

Dalm penciptaan karakter pengarang menganalisisnya dalam tiga dimensi yaitu sebagai berikut:
a. dimensi pisiologis , usia ,jenis kelamin ,ke adaan tubuh , cirri muka dan sebagainya
b. dimensi sosiologis ,setatus social ,pekerjaan ,jabatan dan peran dalam masiarakat ,pendidikan ,kehidupan pribadi, kepercayaan idiologi, aktipitas social bangsa budaya dan keturunan
c. dimensi pisikologis ,mentalitas dan ukuran moral,tempramen , keinginan prasaan pribadi, sikap dan kelakuan ,tingkat kecerdasan dank e ahlian kusus dalam bidang tertentu.


Tokoh drama dalam peranya dapat di bedakan menjadi 4 yaitu:

1. tokoh protagonist adalah tokoh sentral yang baik penyayang dan lembut
2. tokoh anta gois adalah tokoh yang mempunyai perwatakan keras dan membrontak
3. tokoh trita gonis adalah tokoh netral yang tidak memihah tokoh anta maupun prota
4. tokoh pembantu atau tokoh piguran


PLOT ATAU ALUR

Plot atau alur adalah kejadian atau pristiwa dalam drama yang di susun secara kronologis atau sering di sebut dengan jalan criata.

Di dalam alur sebuah drama dapat di susun debagai berikut:
1. permulaan =protasia atau exposition yaitu bagian yang mengantarkan dalam drama , memaparkan para tokoh menjelaskan latar cerita ,dan gambaran pristiwa yang akan terjadi.
2. jalinan kejadian =efitato atau complication gambaran yang mengambarkan pertikaian yang di alami oleh para tokoh.
3. puncak laku atau catastatis atau sering juga di sebut dengan klimaks yaitu bagian yang mengambarkan petikaian ti titik ketegangan
4. ketegangan menurun bagian yang menceritakan ketegangan berangsur2 mereda atau menuju titik balik menuju ke sudahanya
5. peleraian =resulusion, bagfian yang menceritakan pertentangan2 mulai mereda seolah2 mulai ada kesepakatan damai di antara para tokoh
6. penutup cathatrophe, penyelesaian , yaitu menceritakan pertentangan yang di alami para tokoh sudah berakhir atau sudah terpecahkan

DIALOG

Dialog atau sering di sebut dengan percakapan merupakan unsure terpenting dari sebuah drama dialog merupakan unsure pembeda antara drama dengan jenis karya seni atau karya sastra yang lain melalui dialod ini semua unsur2 yang terdaopat dalam dalam drama dpat di muncUL


MEMERAKAN NASKAH DRAMA DENGAN LAPAL,INTONASI,NADA, DAN MIMIK YANG TEPAT

Untuk memahami suatu drama dapat di lakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat pementasan dan membaca naskah drama . di antara keduanya membaca naskah drama memiliki tingkatan yang lebih sulit untuk memahami suatu drama , ini di karenakan pada pembacaan kita hanya memahami lewat kata kata dan aspek ekstrinsik yang di bahasakan eperti situasi ,emosi dan karakter. Kita hanya memahami kesatuan drama hanya dari satuan kata kata.
Setelah anda berlatih menulis naskah drama anda di harapkan dapat memerankan naskah drama , dalam memerankan naskah drama anda haruys memperhatikan
1. pengucapan

pengucapan di sini mencakup 3 hal yaitu= tekanan dinamik ,tekanan tempo dan tekanan nada.
a. tekanan di namik adalah tekanan keras dalam pengucapan yang artinya kata yang penting di ucapkan lebih keras dengan kata yang di anggap tidak penting

contoh: - saya pergi pada jam delapan(bukan jam lima)
- saya pergi pada jam delapan(bukan tinggal)
- saya pergi pada jam delapan(bukan dia)

b. tekanan tempoadalah tekanan lambat dan cepatnya seorang ketika mengucapkan sebuah kata dlam kalimat (saya muak sekali mendengar kata katanya (kata muak kalo di ucapkan dengan kata lambat akan mempunyai arti kesedihan tetapi kalao kata muak di ucapkan dengan kata cepat akan mengambarkan kemarahan )
c. tekanan nada adlah tekanan tinggi rendahnya suatu nada dalam mengucapkan suatu kata dalam sebuah kalimat(kao sudah gila=gila dalam kata ini adalah makian)(gila ! dia bisa mengalahkan ang juara =gila di sini mengatakan ebuah pujoian)

2. gerak

gerak di sini di maksudkan adalah gerak anggota badan atau pernyataan perasaan dan pikiran yang di lakukan dengan gerakan jari2 genggaman telapak tangan mengangkat bahu dan lain2
contoh: silakan duduk(di sini kita menggunakan telapak tangan dan jari ari tangan)
merdeka(di sana kita menggunakan kepalan tangan )

3. air muka (mimic)

air muka adalah pernyataan perasaan atau suasana hati yang di lakukan dengan perubahan perubahan dengan air muka .orang yang dalam keadaan marah misalnya akan tampak pda raut wajah yang merah padam dan matanya yang melotot . orang yang sedag binging tampak pada dahinya yang mengkerut dan pandangan matanya berpokus pada salah satu objek . tetapi hampa .

MEMBACA DAN MENGANALISIS NIVEL INDONESIA

Salah satu bentuk karya sastra adalah novel .dalam kamus besar bahasa Indonesia 2001 novel di artikan suatu karya sastara prosa yang panjang mengandung rangkayaan ke hidupan seseorang dan orang di kelilingnya dengan menonjolkan tokoh dan watak setiappelakunya.nurgianto menyebutkan bahwa novel dan cerita pendek adalah dua bentuk karya sastra yang sekaligus di sebut piksi , bahkan dalam perkembanganya yang kemudian novel di anggap bersinonim dengan fiksi.oleh sebab itu pengertian novel sama dengan pengertian piksi . sebelum novel berasal dari bahasa inggris yang kemudian masuk ke Indonesia kata novel tersebut berasal dari bhasa itali yaitu novella .
Pada dasarnya novel sama dengan derama . anda sudah tau bentuk naskah drama bukan ? naskah drama merupakan cerita dengan bentuk dialog antar tokoh dalam novel di ujudkan dalam bentuk teks narasi .

MENULIS RESENSI NOVEL

Resensi sering di sebut timbangan buku atau bedah buku .di katakana demikian karma penulis resensi mempertimbangkan ,megupas buku untuk memperlihatkan kepada pembaca baik dan buruknya kelebihan dan kelemahanya ,
Tujuan dari resensi ini adalah membantu pembaca untuk menentukan pilihanya untuk membaca atau tidak karya tersebut
Dalam resensi sebuah noel sastra .di tuntut objektipitas peresensi penilaian atas karya satra tersebut tidak boleh bersipat subjektif . misalnya karena rasa suka atau tidak suka pada pengarangnya .hal ini di karenakan hasil resensi akan di baca oleh kalayak umum sehingga langsung atau tidak langsung ,akan mempengaruhi penilaian masiarakat terhadap buku yang di resensi resensi novel sastra biasanya di sajikan dalam bentuk tulisan di Koran atau majalah .akan tetapi adakalanya sebuah novel sastra akan di resensi langsung dalam sebuah porum diskusi . misalnya dalam acara bedah buku ,pada porum ini , seorang peserta di tuntut mampu menyimak dengan seksama dan pemberian komentar berkaitan dengan materi buku yang di resensi dalam acara bedah buku tersebut .
Meresensi sebuah novel erat kaitanya dengan membaca novel tersebut , dengan kata lain menulis resensi sebuah novel berarti harus membaca dan memahami novel tersebut ,proses pembacaan novel sastra merupakan langkah awal dalam menulis resensi novel sastra . sebuah resensi adalah bentuk pertanggungjawaban dri analisis kita dalam membaca dan mengomentari sebuah novel sastra .untuk itulah dalam penulisan sebuah resensi terdapat aturan atau petunjuk sebagai rambu rambu . ini di maksudkan ada setandar objektif bagi penulis dalam menulis sebuah resensi novel sastra .
Petunjuk praktis dalam menulis resensi novel sastra:
1. penulis resensensi hendaknya membaca buku yang akan di resensi secara menyeluruh satu sampai dua kali
2. catatlah hal2 yang menarik dan sebaliknya ,hal hal yamng terasa janggal yang perlu mendapat perhatian khusus
3. tulislah kesan anda setelah membaca buku yang akan di resensi kesan positif atau negative dan padatkan kesan tersebut untuk menjadi judul resensi anda
4. tulislah judul resensi anda!
5. tulislah idetitas buku
a. judul buku(novel)
b. nama pengarang
c. nama penerbit dan tahun terbit
d. tebal buku
6. susunlah tubuh resensi anda dengan mengetengahkan
a. jenis buku yang anda resensi
b. pokok persoalan yang di sampaikan dalam novel tersebut
c. ungkapan secara garis besar alur ceritanya
d. pelaku tokoh tokoh dalam mengidupkan alur ceritanya
e. Kemukakan alasan atau kesan anda


PENDIDIKAN



MENDENGARKAN DAN MENYIMPULKAN WAWANCARA
MELAKUKAN WAWANCARA TENTANG PELESTARIAN BUDAYA SENDIRI

Anda tentu pernah melihat atu mendengarkan wawancara . wawancara adalah suatu kegiatan berbahasa lisan dalam bentuktanya jawab,tujuanya untuk mendapatkan impormasi .
Untuk melakukan wawancara pewawancara di harapkan memperhatikan hal hal tertentu ,baik sebelum maupun ketika berwawancara.

Hal hal yang perlu di perhatiakn adalah hal2 sebagai berikut:
1. menentukan topic wawancara
2. menentukan tujuan (impormasi apa yang ingin di dapat)
3. mempersiapkan daptar pertanyaan
4. menentukan narasumber
5. membuat janji dengan nara sumber mengenai waktu tempat untuk bertemu (hendaknya pe wawancara tidak memaksakan kehendaknyan , melainkan menuruti kemawan narasumber)

se

Selasa, 14 Desember 2010

pengertian sejarah sastra

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sejarah Sastra

Sastra (Sansekerta, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta śāstra, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar śās- yang berarti “instruksi” atau “ajaran”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Tetapi kata “sastra” bisa pula merujuk kepada semua jenis tulisan, apakah ini indah atau tidak.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Dalam artikel yang dibacakan di 11th European Colloquium on Indonesian and Malay Studies yang diselenggarakan Lomonosov Moscow State University pada 1999, pengajar sastra Universitas Indonesia (UI), Ibnu Wahyudi, mengatakan, awal keberadaan sastra Indonesia modern dimulai pada 1870-an, yang ditandai dengan terbitnya puisi “Sair Kedatangan Sri Maharaja Siam di Betawi” (anonim) yang sekarang diterbitkan kembali dalam Kesastraan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia.
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:(1) Pujangga Lama, (2) Sastra “Melayu Lama”, (3) Angkatan Balai Pustaka, (3) Pujangga Baru, (3) Angkatan ‘45, (4) Angkatan 50-an, (5) Angkatan 66-70-an, (6) Dasawarsa 80-an,dan (7) Angkatan Reformasi.
Karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920 – 1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura.

2.2. Sejarah sastra suatu bangsa
Kalau momentum sosial-politik masih dipergunakan sebagai ancangan periodisasi sejarah sastra Indonesia 1900-2000, mungkin saja tercatat format baru dengan menempatkan tiga momentum besar sebagai tonggak-tonggak pembatas perubahan sosial, politik, dan budaya, yaitu proklamasi kemerdekaan 17-8-1945, geger politik dan tragedi nasional 30 September 1965, dan reformasi politik 21 Mei 1998.
Analisis struktural Umar Yunus tentang perkembangan puisi Indonesia dan Melayu modern (Bhratara, Jakarta, 1981) dan telaah struktural tentang novel Indonesia (Universiti Malay, Kuala Lumpur, 1974) barangkali dapat dipergunakan sebagai rujukan untuk menjelaskan perubahan-perubahan tersebut.
Dengan mempertimbangkan ketiga momentum tadi maka diperoleh empat masa perjalanan sejarah sastra Indonesia, yaitu (1) masa pertama mencakup tahun 1900-1945, (2) masa kedua mencakup tahun 1945-1965, (3) masa ketiga mencakup tahun 1965-1998, dan (4) masa keempat yang dimulai pada tahun 1998 hingga waktu yang belum dapat diperhitungkan.
Dengan meminjam baju politik yang dianggap populer dan tetap mempertimbangkan nasionalisme maka penamaan keempat masa perjalanan sastra Indonesia itu bisa menghasilkan tawaran sebagai berikut:
1. Masa Pertumbuhan atau Masa Kebangkitan dapat dipergunakan untuk mewadahi kehidupan sastra Indonesia tahun 1900-1945 dengan alasan bahwa pada masa itu telah tumbuh nasionalisme yang juga tampak dalam sejumlah karya sastra, seperti sajak-sajak Rustam Efendi, Muhamad Yamin, Asmara Hadi dan lain-lain. Yang jelas, pada masa itu bertumbuhan karya sastra yang sebagian sudah bersemangat Indonesia dan sekarang memang tercatat sebagai modal awal khazanah sastra Indonesia.
2. Masa Pemapanan dapat dipergunakan untuk mewadahi kehidupan sastra Indonesia tahun 1965-1998 dengan alasan pada masa itu terjadi pemapanan berbagai sistem: sosial, politik, penerbitan, dan pendidikan yang dampaknya tampak juga di bidang sastra Indonesia.
Mengingat besarnya muatan sejarah sastra Indonesia itu maka diperlukan pembagian sejarah pertumbuhan dan perkembangannya menjadi empat masa seperti tersebut tadi, yaitu (1) masa pertumbuhan atau masa kebangkitan dengan angka tahun 1900-1945, (2) masa pergolakan atau masa revolusi dengan angka tahun 1945-1965, (3) masa pemapanan dengan angka tahun 1965-1998, dan (4) masa pembebasan dengan angka tahun 1998-sekarang.

2.3. Sastra Eksil, Sastra Rantau
Dalam bahasa Inggris istilah “exile”, yang diindonesiakan menjadi “eksil”, memiliki tiga pengertian. Pertama, sebuah ketakhadiran, sebuah absensi yang panjang dan biasanya karena terpaksa dari tempat tinggal ataupun negeri sendiri. Kedua, pembuangan secara resmi (oleh negara) dari negeri sendiri, dan pengertian ketiga adalah seseorang yang dibuang ataupun hidup di luar tempat tinggal ataupun negerinya sendiri (perantau, ekspatriat). Istilah “exile” itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu “exsilium” (pembuangan) dan “exsul” (seseorang yang dibuang).
Dari ketiga pengertian istilah “eksil” di atas kita bisa melihat bahwa faktor dislokasi geografis dari tempat kelahiran ke sebuah tempat asing merupakan faktor utama yang menciptakan kondisi yang disebut sebagai “eksil” itu. Dislokasi geografis itu sendiri bisa terjadi karena disebabkan oleh negara secara resmi ataupun karena pilihan pribadi. Pada kasus pertama, para pelarian politik segera muncul dalam pikiran kita sebagai representasi dari mereka yang diusir dari negeri kelahiran sendiri oleh pemerintahan yang sedang berkuasa, sementara pada kasus kedua kita segera teringat pada para pengungsi, para transmigran, dan para perantau yang mencari hidup baru di luar tempat kelahiran mereka.
Dari ketiga pengertian “eksil” tersebut kondisi pembuangan politik dari negeri kelahiran ke negeri asing oleh sebuah pemerintahan yang sedang berkuasa merupakan definisi arti yang dipakai dalam apa yang disebut sebagai “sastra eksil”.
Sastra Eksil adalah sastra yang ditulis oleh para sastrawan yang hidup dalam pembuangan politik di luar negeri kelahiran mereka sendiri. Perbedaan ideologi politik dengan pemerintahan yang sedang berkuasa merupakan alasan utama terjadinya pembuangan politik tersebut.
Dalam sejarah sastra modern Indonesia para sastrawan yang punya hubungan dengan institusi seni di bawah naungan Partai Komunis Indonesia (PKI) yaitu Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) dan hidup dalam pengasingan/pembuangan politik di luar Indonesia selama pemerintahan rejim fascis kapitalis Orde Baru adalah para sastrawan eksil Indonesia menurut definisi arti di atas. Para sastrawan yang kebanyakan hidup di Eropa Barat yaitu di negeri Belanda dan Prancis itu dengan terpaksa memilih hidup dalam pembuangan politik itu karena keyakinan mereka bahwa mereka akan segera dijebloskan ke dalam penjara atau Pulau Buru kalau mereka kembali ke Indonesia. Atau mungkin juga dibunuh. Apa yang terjadi pada ratusan ribu korban kudeta militer di tahun 1965, yang dinyatakan oleh pemerintahan militer yang berkuasa kemudian sebagai kudeta yang didalangi oleh PKI, menjadi alasan masuk akal bagi para sastrawan Lekra untuk tidak kembali ke Indonesia dan memilih hidup eksil di negeri asing.
Keberadaan “sastra eksil” Indonesia di luar negeri selama ini hanya diketahui oleh segelintir pembaca sastra modern Indonesia yang kebetulan hidup di negeri yang sama atau berdekatan dengan negeri tempat hidup para sastrawan ini atau yang mendapat akses ke karya mereka walau hidup di dalam negeri Indonesia sendiri.
Eksistensi “sastra eksil” ini menjadi lebih luas diketahui para pembaca sastra modern Indonesia terutama di Indonesia sendiri dengan diterbitkannya sebuah kumpulan puisi bernama Di Negeri Orang: Puisi Penyair Indonesia Eksil oleh Yayasan Lontar baru-baru ini. Kumpulan puisi yang tebal dan berkesan luks ini memuat 15 penyair yang oleh Ketua Dewan Redaksi buku Asahan Alham, yang juga merupakan salah seorang penyair yang puisinya ikut dalam buku, diklaim sebagai “sastrawan eksil” Indonesia. Bagi para pembaca sastra modern Indonesia dua nama dari kelimabelas penyair yang muncul karya mereka dalam buku ini adalah nama-nama yang memang sudah tidak asing lagi, yaitu Agam Wispi dan Sobron Aidit.
Tanah air adalah sebuah proyek yang ditempuh bersama-sama. Sebuah kemungkinan yang menyingsing, sebuah cita-cita yang digayuh generasi demi generasi, sebuah impian yang kita jalani dengan tungkai kaki yang kadang capek dan kesadaran yang kadang tanpa fokus.
Bagi Goenawan, Tanah Air adalah sebuah ruang masa kini kita arungi karena ada harapan untuk kita semua kelak. Tanah Air adalah sebuah engagement. Kenangan, pengalaman, engagement: kata-kata itu semua menunjukkan bahwa ketika kita berpikir tentang Indonesia, kita tak hanya mengetahui dan menyimpulkan, tapi berdiri, dengan kegembiraan dan kesedihan, dengan waswas, dan berharap (Goenawan Mohamad, Tempo, 28/5/2000)
Seperti halnya bangsa, Tanah Air, tampaknya juga bagi para eksil merupakan sesuatu yang imajiner karena para anggota terkecil sekalipun tidak bakal tahu dan takkan kenal sebagian besar anggota lain, tidak akan bertatap muka dengan sebagian besar anggota lain itu, bahkan mungkin tidak pula pernah mendengar mereka. Namun, toh di benak setiap orang yang menjadi anggota bangsa itu hidup sebuah bayangan tentang kebersamaan mereka (Benedict Anderson, 1999: 7).
Berbeda dengan pengungsi yang menganggap status pengasingan diri mereka sementara dan karenanya ikatan yang tercipta dengan tanah baru tempat mereka mengasingkan diri hanya sedikit, eksil menganggap tanah pengasingan adalah rumah baru mereka sehingga ada ikatan yang lebih kuat antara pribadi eksil dengan tanah pengasingannya ini.
Dengan demikian, komunitas-komunitas eksil semacam ini, menjadikan tanah pengasingan mereka yang baru sebagai rumah dan menciptakan kebudayaan baru sebagai hasil dialektika budaya yang mereka bawa dari tanah asal mereka dengan budaya tanah pengasingannya.Seiring perjalanan waktu dan dengan kekhasan tersendiri, memang sudah sewajarnya sastra eksil berbicara dalam kancah sastra Indonesia dan tidak lagi sebagai “sastra minor” (a minor literature). Terutama untuk merajut kembali benang kemanusiaan dan sejarah sastra yang sempat putus.


2.4. Sejarah Sastra Suatu Daerah

Ketika para arkeolog Belanda mulai melakukan penelitian di wilayah Indonesia di awal abad ke-20, pada waktu itu kajian terhadap sumber tertulis yang berupa karya sastra dan prasasti pun masih dalam tahap awal kegiatannya. Hal yang menarik adalah bahwa perhatian terhadap peninggalan kuna yang bersifat artefaktual agaknya lebih dahulu diberikan oleh para cendekiawan Belanda daripada perhatian mereka terhadap sumber-sumber tertulis. Sangat mungkin hal itu dikarenakan peninggalan yang berwujud artefaktual lebih nyata terlihat ada di permukaan tanah di lokasi tertentu. Dalam pada itu prasasti yang berupa sumber tertulis harus dipelajari terlebih dahulu tulisannya, kemudian baru kandungan isinya, apalagi sumber tertulis yang berupa naskah, data seperti itu sudah dipastikan tidak berada di sembarang tempat melainkan disimpan oleh koleksi perorangan, lembaga, atau tersimpan rapi di scriptorium tradisional.
Data yang terungkap dalam sumber tertulis sudah tentu beraneka bentuknya, berkenaan dengan berbagai aspek kebudayaan manusia. Dapat dikemukakan bahwa sumber tertulis menyimpan data tentang kehidupan sosial- kemasyarakatan, keputusan hukum, sistem politik pemerintahan, kesenian, pengetahuan tradisional, dan lain-lain. Data yang terungkap lewat kajian sumber tertulis sebenarnya tidak secara langsung berkenaan dengan kajian arkeologi di Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam wilayah kajian arkeologi terdapat dua periode utama yang membagi perhatian para arkeolog dalam melakukan penelisikannya. Dua periode itu adalah (a) masa prasejarah, dan (b) masa sejarah. Kedua periode itu lalu melahirkan dua fokus ilmu arkeologi yang sedikit berbeda dalam melakukan analisis dan interpretasi terhadap datanya, yaitu arkeologi prasejarah dan arkeologi-sejarah.
Apabila arkeologi yang meneliti periode prasejarah menyandarkan sepenuhnya pada data yang berupa artefak, maka arkeologi-sejarah selain mempelajari peninggalan masa lalu yang berupa artefak juga harus dilengkapi dengan dukungan data dari sumber-sumber tertulis. Maka dalam melakukan analisis dan penarikan kesimpulannya pun ditopang oleh data dari sumber-sumber tertulis. Arkeologi-sejarah bukan kajian sejarah itu sendiri, karena tetap dalam tlatah arkeologi yang membahas benda-benda peninggalan masa lalu yang dihasilkan oleh masyarakat yang telah mengenal tulisan.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa kajian sumber tertulis yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah arkeologi sejarah sebenarnya meliputi bermacam data yang bersifat tulisan, misalnya prasasti, karya-karya sastra (termasuk juga yang susastra), dokumen, laporan perjalanan, arsip dan lain sebagainya. Namun yang akan menjadi pembicaraan selanjutnya adalah sumber tertulis yang berupa karya-karya sastra, khususnya yang menggunakan bahasa Jawa Kuna dalam membantu mengungkap permasalahan arkeologi Hindu-Buddha di Indonesia.
Salah satu hal yang dapat diungkapkan lewat data karya sastra Jawa Kuna adalah perihal candi-candi pendharmaan para raja yang pernah berkuasa dalam masa Singhasari (abad ke-13 M) dan Majapahit (abad ke-14—15 M). Walaupun beberapa bangunan yang disebutkan dalam karya sastra telah berhasil diidentifikasikan dengan suatu candi yang masih ada sekarang, namun banyak nama bangunan suci lainnya yang masih belum dapat diketahui keberadaannya.
Candi pendharmaan adalah suatu istilah dalam arkeologi Hindu-Buddha Indonesia untuk menyebutkan suatu bangunan suci --umumnya candi-- yang didirikan untuk memuliakan seorang tokoh yang telah meninggal. Kata dharma berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya cukup luas, seperti hukum, aturan hidup dan tingkah laku yang ditentukan oleh agama dan adat, keadilan, kabajikan, ajaran agama, kebenaran, kewajiban, kesucian, dan lain-lain. Salah satu pengertian kata dharma dalam bahasa Jawa kuna adalah lembaga keagamaan, candi, biara, pertapaan, dan bangunan suci lainnya (Zoetmulder 1995, I: 197—8).
Dalam beberapa karya sastra Jawa Kuna seperti Wirataparwa, Nagarakrtagama dan Siwaratrikalpa begitupun dalam karya sastra lainnya seperti Pararaton dan Kidung Harsyawijaya banyak disebutkan kata dharma atau dhinarma yang artinya membangun candi untuk tokoh tertentu. Dengan demikian kata pendharmaan adalah bentukan kata dalam Bahasa Indonesia dengan awalan pe dan akhiran an dengan kata dasar kata Jawa Kuna dharma, maka artinya dapat menunjukkan lokasi atau tempat suatu bangunan suci tertentu atau bangunan suci itu sendiri. Selanjutnya yang akan ditinjau dalam bahasan ini adalah beberapa nama pendharmaan di wilayah Jawa bagian timur yang berhasil disesuaikan dengan berita dalam karya sastra, serta akan diungkap pula beberapa pendharmaan bagi tokoh-tokoh penting yang masih belum dapat diketahui keberadaannya hingga sekarang.
Pada masa Klasik Muda, terutama dalam periode kerajaan Singhasari (abad ke-13 M) dan Majapahit (abad ke-14—15 M), terdapat suatu tradisi yang mungkin belum dikenal dalam era yang lebih tua, yaitu mendirikan candi pendharmaan bagi tokoh yang telah meninggal. Raja-raja Mataram Kuna (abad ke-8—10 M), hingga raja-raja dua kerajaan Janggala dan Panjalu/Kadiri (abad ke-12 M) di Jawa Timur --menurut sumber-sumber tertulis-- tidak disebut-sebut didharmakan di suatu candi atau lokasi tertentu. Demikian pula belum dijumpai bukti-bukti arkeologi atau bangunan suci yang dapat dihubungkan dengan pemujaan terhadap raja-raja masa Klasik Tua.
Lain halnya dengan raja-raja zaman Singhasari dan Majapahit, menurut karya sastra terutama kakawin Nagarakrtagama dan Pararaton, setelah kematiannya raja-raja itu didharmakan di suatu tempat. Lokasi itu tentunya berupa bangunan suci, ada yang bernafaskan agama Buddha Mahayana, Hindu-Saiva, atau bernafaskan pemujaan terhadap Siva-Buddha. Pengetahuan tentang bangunan candi tertentu sebagai pendharmaan bagi seorang tokoh adalah berkat informasi tertulis dari karya sastra. Apabila tidak ada informasi tersebut, arkeologi tidak dapat mengungkap lebih lanjut latar sejarah sekitar bangunan suci tertentu. Walaupun demikian tidak seluruh bangunan suci dari masa Singhasari dan Majapahit yang tersisa sampai sekarang dapat ditelisik lewat informasi dari karya sastra, masih banyak candi yang hanya dapat dipelajari dari dimensi arkeologi saja, dari sudut pandang, bentuk, ruang (tata letak), dan kronologi, itupun kebanyakan kronologi relatif. Oleh karena itu data dari karya sastra memegang peran penting bagi pemahaman yang lebih luas dalam mengkaji data arkeologi, dalam hal ini candi pendharmaan.
Nagarakrtagama pupuh 40: 5 menyatakan bahwa setelah wafatnya Sri Ranggah Rajasa (Ken Angrok) pendiri kerajaan Singhasari, ia didharmakan di dua tempat,
“ ri sakasyabdi rudra krama kalahaniran mantuk ing swarggaloka,
kyating rat/ sang dinarmma dwaya ri kagnangan/ssewaboddeng usana”
(“Pada tahun Saka 1149 (1227 M), dia berpulang ke sorgaloka,
meninggalkan dunia. [Dia] didarmmakan di dua [tempat], di Kagnangan [sebagai] Siwa [dan sebagai] Buddha di Usana” ).
Demikianlah berita tentang tempat pendharmaan tokoh Ken Angrok pendiri dinasti Rajasa yang keturunannya kelak memerintah di kerajaan Singhasari dan Majapahit. Mengenai pendharmaan tokoh yang sama disebutkan juga dalam kitab Pararaton sebagai berikut: “ri linanira sang amurwabhumi I saka 1169. sira dhinarmeng kagenengan” (Par.15: 25). (“Sang Amurwabhumi [Ken Angrok] mangkat pada tahun 1169 Saka/1247 M. Dia didharmakan di Kagenengan”). Pararaton hanya menyebutkan satu lokasi pendharmaan untuk Ken Angrok, yaitu di Kagenengan, lagi pula tahun meninggalnya disebut 1247 M, berbeda dengan tahun yang dicatat oleh Nagarakrtagama, 1227 M. Dalam hal ini berita dari Nagarakrtagama lebih patut untuk dipercaya, sebab kakawin itu selesai digubah oleh Mpu Prapanca dalam tahun 1365 M, jadi tidak terlalu jauh dengan masa Ken Angrok. Adapun Pararaton baru selesai ditulis tahun 1535 Saka/1613 M (Hardjowardojo 1965: 59), dengan demikian ingatan penulis Pararaton terhadap peristiwa sejarah yang telah terjadi jauh sebelumnya menjadi samar-samar, maka maklum saja jika terjadi kekeliruan.
Mengenai Kagnangan/Kagenengan sebagai pendharmaan Ken Angrok sebagai Siwa atau pun pendharmaan di Usana sebagai Buddha hingga sekarang ini belum dapat diketahui keberadaannya secara pasti. Di wilayah Blitar, terdapat bangunan candi bata yang dinamakan penduduk sekarang dengan Candi Kali Cilik. Berdasarkan temuanj arca Agastya dapat diketahui bawa candi itu bernafaskan agama Hindu-Saiwa. Di bagian depan batu ambang yang terletak di atas pintu masuk terpahat angka tahun 1271 Saka/1349 M, jadi bangunan itu berasal dari masa Majapahit. Dahulu sekitar awal abad ke-19 bangunan kuna itu disebut dengan Candi Genengan, mungkin merupakan nama asli bangunan itu (Pangkoesmijoto 1970: 210).
Hal yang menarik selanjutnya adalah mungkin saja Kagenengan tempat pendharmaan Ken Angrok itu adalah candi Kali Cilik sekarang, sedangkan angka tahun yang menunjuk masa Majapahit tersebut, bisa saja angka tahun peringatan terhadap perbaikan atau pemugaran dari bangunan yang telah ada sebelumnya dari masa Singhasari. Tentu saja asumsi tersebut harus dibuktikan lebih lanjut lewat berbagai data lainnya yang lebih valid.
Dalam kakawin Nagarakrtagama juga disebutkan adanya pendharmaan beberapa raja Singhasari setelah masa pemerintahan Ken Angrok, yaitu:
“Sakabdi tilakadri sambhu kalahan/bhatara mulih ing girindrabhawana, sireki winangun/pradipa simbha sobhita rikang sudarmma ri kidal" (Nag.41:1)
(Pada tahun Saka 1170/1248 M, Bhatara [raja Anusanatha/Anusapati] berpulang ke alam Girindra/Siwa. Untuk beliau dibuatlah arca yang luar biasa indah bercahaya di sana, di bangunan suci yang indah di Kidal).

Bangunan suci yang dimaksudkan oleh Nagarakrtagama sebagai pendharmaan raja Anusapati sampai sekarang masih berdiri, yaitu Candi Kidal di Malang. Di bilik candi itu dahulu terdapat arca Siwa Mahadewa yang tingginya 1, 23 m. sangat mungkin merupakan arca perwujudan Anusapati yang sesuai dengan ista-dewatanya, yaitu sebagai Siwa Mahadewa. Sekarang arca Siwa dari Candi Kidal disimpan di Royal Tropical Institute, Amsterdam (Bernet Kempers 1959; 73—74, plate 216—17).
Begitupun dalam pupuh 41: 4 kakawin Nagarakrtagama disebutkan bahwa raja Wisnuwardhana dari Singhasari mangkat dalam tahun 1190 Saka/.1268 M. Ia kemudian didharmakan dengan wujud arca Siwa di Waleri dan dalam bentuk arca Sugata (Buddha) di Jajaghu (“sakabda kanawawaniksithi bhatara wisnu mulih ing Suralaya pjah, dinarmma ta sire weleri siwawimbha len/sugatawimbha munggwing jajaghu”).
Pendharmaan di Weleri sampai saat ini belum dapat diketahui lokasinya, tetapi pendharmaan sebagai Buddha Amoghapasa di Jajaghu masih dapat diidentifikasikan, yaitu Candi Jago di daerah Tumpang, Malang. Di candi itu didapatkan arca Dhyani Bhoddhisattva Amoghapasa dengan 4 pengiringnya (Bhrkuti, Hayagriva, Sudhanakumara, dan Syamatara) yang sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta (Bernet Kempers 1959: 85).


2.5. Sejarah Sastra Bentuk Karya Sastra

A. Karya Sastra Bentuk Prosa
Karangan prosa ialah karangan yang bersifat menerangjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Pada dasarnya karya bentuk prosa ada dua macam, yakni karya sastra yang bersifat sastra dan karya sastra yang bersifat bukan sastra. Yang bersifat sastra merupakan karya sastra yang kreatif imajinatif, sedangkan karya sastra yang bukan astra ialah karya sastra yang nonimajinatif.
Macam Karya Sastra Bentuk Prosa
Dalam khasanah sastra Indonesia dikenal dua macam kelompok karya sastra menurut temanya, yakni karya sastra lama dan karya sastra baru. Hal itu juga berlaku bagi karya sastra bentuk prosa. Jadi, ada karya sastra prosa lama dan karya sastra prosa baru.
Perbedaan prosa lama dan prosa baru menurut Dr. J. S. Badudu adalah:
Prosa lama:
1. Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami perubahan secara lambat.
2. Istanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat
feodal).
3. Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca
dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
4. Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab.
5. Ceritanya sering bersifat anonim (tanpa nama)
6. Milik bersama
Prosa Baru:
1. Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat)
2. Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-hari)
3. Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan kenyataan
4. Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
5. Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
6. Tertulis
1. Prosa lama
Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan kesusastraan Indonesia maka objek pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat. Hal ini disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra Indonesia. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan. Disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Melayu mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.
Bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
a. Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul
b. Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat. Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang
c. Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil
d. Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-raja dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah.
e. Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang.
f. Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam
1. Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah karangan H. Moekti.
Berdasarkan isi atau sifatnya prosa baru dapat digolongkan menjadi:
1. Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam
2. Riwayat adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa atau Prof. Dr. B.I Habibie atau Ki hajar Dewantara.
3. Otobiografi adalah karya yang berisi daftar riwayat diri sendiri.
4. Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
5. Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh: Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M. Rajab.
6. Cerpen adalah suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa kehidupan manusia, pelaku, tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya dengan Perahu Bugis karangan Usman. Corat-coret di Bawah Tanah karangan Idrus.
7. Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan YB. Mangunwijaya.
8. Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yangs ifatnya objektif dan menghakimi.
9. Resensi adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
10. Esei adalah ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.
B. Puisi
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Unsur-unsur intrinsik puisi adalah
a. tema adalah tentang apa puisi itu berbicara
b. amanat adalah apa yang dinasihatkan kepada pembaca
c. rima adalah persamaan-persamaan bunyi
d. ritma adalah perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur
e. metrum/irama adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh persamaan jumlah kata/suku tiap baris
f. majas/gaya bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi ekspresi
g. kesan adalah perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-api, dll.)
h. diksi adalah pilihan kata/ungkapan
i. tipografi adalah perwajahan/bentuk puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
a. puisi lama
Ciri puisi lama:
1. merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
2. disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
3. sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima
Yang termausk puisi lama adalah
1. mantra adalah ucapan-ucapan yangd ianggap memiliki kekuatan gaib
2. pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
3. karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
4. seloka adlah pantun berkait
5. gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
6. syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
7. talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
b. puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.Menurut isinya, puisi dibedakan atas
1. balada adalah puisi berisi kisah/cerita
2. himne adAlah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
3. ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang ebrjasa
4. epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
5. romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
6. elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
7. satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
Membaca Puisi
Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membaca puisi antara lain:
1. jenis acara: pertunjukkan, pembuka acara resmi, performance-art, dll.,
2. pencarian jenis puisi yang cocok dengan tema: perenungan, perjuangan, pemberontakan, perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan, kemanusiaan, dll.,
3. pemahaman puisi yang utuh,
4. pemilihan bentuk dan gaya baca puisi, meliputi poetry reading, deklamasi, dan teaterikal
5. tempat acara: indoor atau outdoor,
6. audien,
7. kualitas komunikasi,
8. totalitas performansi: penghayatan, ekspresi( gerak dan mimik)
9. kualitas vokal, meliputi volume suara, irama (tekanan dinamik, tekanan nada, tekanan tempo)
10. kesesuaian gerak,
11. jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, maka harus memperhatikan:
a) pemilihan kostum yang tepat,
b) penggunaan properti yang efektif dan efisien,
c) setting yang sesuai dan mendukung tema puisi,
d) musik yang sebagai musik pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi
C. Drama/Film
Drama atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan asepk pementasan. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain).
D. Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan periode yang lain.
1. Zaman Sastra Melayu Lama
Zaman ini melahirkan karya sastra berupa mantra, syair, pantun, hikayat, dongeng, dan bentuk yang lain.
2. Zaman Peralihan
Zaman ini dikenal tokoh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karyanya dianggap bercorak baru karena tidak lagi berisi tentang istana danraja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia dan masyarakat yang nyata, misalnya Hikayat Abdullah (otobiografi), Syair Perihal Singapura Dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa Melayu yang kearab-araban.
3. Zaman Sastra Indonesia
a. Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)
Ciri umum angkatan ini adalah tema berkisari tentang konflik adat antara kaum tua dengan kaum muda, kasih tak sampai, dan kawin paksa, bahan ceritanya dari Minangkabau, bahasa yang dipakai adalah bahasa Melayu, bercorak aliran romantik sentimental.
Tokohnya adalah Marah Rusli (roman Siti Nurbaya), Merari Siregar (roman Azab dan Sengsara), Nur Sutan Iskandar (novel Apa dayaku Karena Aku Seorang Perempuan), Hamka (roman Di Bawah Lindungan Ka’bah), Tulis Sutan Sati (novel Sengsara Membawa Nikmat), Hamidah (novel Kehilangan Mestika), Abdul Muis (roman Salah Asuhan), M Kasim (kumpulan cerpen Teman Duduk)
b. Angkatan Pujangga Baru (Angkatan 30-an)
Cirinya adalah 1) bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern, 2) temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya, 3) bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris, 4) pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda, 5)aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan 6) setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.
Tokohnya adalah STA Syhabana (novel Layar Terkembang, roman Dian Tak Kunjung Padam), Amir Hamzah (kumpulan puisi Nyanyi Sunyi, Buah Rindu, Setanggi Timur), Armin Pane (novel Belenggu), Sanusi Pane (drama Manusia Baru), M. Yamin (drama Ken Arok dan Ken Dedes), Rustam Efendi (drama Bebasari), Y.E. Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam), Hamka (roman Tenggelamnya Kapa nVan Der Wijck).
c. Angkatan ’45
Ciri umumnya adalah bentuk prosa maupun puisinya lebih bebas, prosanya bercorak realisme, puisinya bercorak ekspresionisme, tema dan setting yang menonjol adalah revolusi, lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, dan jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya.
Tokohnya Chairil Anwar (kumpulan puisi Deru Capur Debu, kumpulan puisi bersama Rivai Apin dan Asrul Sani Tiga Menguak Takdir), Achdiat Kartamiharja (novel Atheis), Idrus (novel Surabaya, Aki), Mochtar Lubis (kumpulan drama Sedih dan Gembira), Pramduya Ananta Toer (novel Keluarga Gerilya), Utuy Tatang Sontani (novel sejarah Tambera)
d. Angkatan ’66
Ciri umumnya adalah tema yang menonjol adalah protes sosial dan politik, menggunakan kalimat-kalimat panjang mendekati bentuk prosa.
Tokohnya adalah W.S. Rendra (kumpulan puisi Blues untuk Bnie, kumpulan puisi Ballada Orang-Orang Tercinta), Taufiq Ismail (kumpulan puisi Tirani, kumpulan puisi Benteng), N.H. Dini (novel Pada Sebuah Kapal), A.A. Navis (novel Kemarau), Toha Mohtar (novel Pulang), Mangunwijaya (novel Burung-burung Manyar), Iwan Simatupang (novel Ziarah), Mochtar Lubis (novel Harimau-Harimau), Mariannge Katoppo (novel Raumannen).
E. Identifikasi Moral, Estetika, Sosial, Budaya Karya Sastra
1. Identifikasi Moral
Sebuah karya umumnya membawa pesan moral. Pesan moral dapat disampaikan oleh pengarang secara langsung maupun tidak langsung. Dalam karya satra, pesan moral dapat diketahui dari perilaku tokoh- tokohnya atau komentar langsung pengarangnya lewat karya itu.
2. Identifikasi Estetika atau Nilai Keindahan
Sebuah karya sastra mempunyai aspek-aspek keindahan yang melekat pada karya sastra itu. Sebuah puisi, misalnya: dapat diamati aspek persamaan bunyi, pilihan kata, dan lain-lain. Dalam cerpen dapat diamati pilihan gaya bahasanya.
3. Identifikasi Sosial Budaya
Suatu karya sastra akan mencerminkan aspek sosial budaya suatu daerah tertentu. Hal ini berkaitan dengan warna daerah. Sebuah novel misalnya, warna daerah memiliki corak tersendiri yang membedakannya dengan yang lain. Beberapa karya sastra yang mengungkapkan aspek sosial budaya:
a. Pembayaran karya Sunansari Ecip mengungkapkan kehidupan di Sulawesi Selatan.
b. Bako Karya Darman Moenir mengungkapkan kehidupan Suku Minangkabau di Sumatera Barat.

2.6. Sejarah Sastra Kebudayaan Bali

Sejak awal kita dapatkan informasi tentang struktur masyarakat Àrya yang menempatkan kedudukan pertama bagi para Bràhmaóa dan Kûatrìya, Vaiûya melaksanakan kebebasan untuk bertani, beternak, sebagai artis dan berdagang, dan Úudra menyediakan tenaga dan pelayanannya kepada semua orang. Di luar struktur ini terdapat penduduk asli, yang nantinya berasimilasi secara alami. Demikian juga masalah perbudakan kita temukan dalam sejarah India Kuno. Para Bràhmaóa adalah pelaksana Yajña, upacara korban yang sangat penting. Mantra-mantra pemujaan senantiasa berhubungan dengan Yajña dan diwariskan turun temurun secara lisan dari generasi ke generasi berikutnya, dan dipertahankan dari pengaruh luar. Tradisi agama yang tersimpan dalam Itihàsa dan Puràóa dikenal adanya mùrti (arca) dan maóðir (pura), mujizat (keajaiaban), mitologi dan hal ini sangat populer dan kadang-kadang menggantikan agama Veda. Upacara Veda hingga kini berlangsung dalam bentuk yang berbeda-beda. Namun kenyataannya dalam tradisi upacara korban nampak pengaruh local, dilaksanakan dan mendomonasi lingkup agama Hindu.
Di dalam kitab-kitab Puràóa disebutkan Åûi Agastya, seorang missionaris dari bangsa Àrya yang bertanggung jawab dalam penyebaran agama Hindu di India Selatan. Pengaruh Hindu selanjutnya berkembang sampai Asia Tenggara dan Indonesia selama masa keemasan India. Meskipun untuk beberapa abad agama Buddha dan jaina juga mengklaim banyak pengikut dan berkembang di bawah patron raja dinasti Gupta di India Utara dan Pallava di Selatan, namun tersapu bersih oleh supremasi agama Hindu. Para Bràhmaóa yang memegang tradisi Veda, teristimewa filsafat Vedànta berhasil memenuhi keinginan masyarakat dengan memberikan berbagai jalan melalui berbagai Sampradaya atau sekta seperti Úaiva, Vaiûóava dan terakhir adalah Úakta. Demikianlah secara teratur gerakan missionaris (Dharmadùta) menyebar luaskan berbagai kitab seperti Bhagavadgìta, Ràmàyaóa dan Bhàgavata Puràóa. Secara geografis Úaiva dominan di India Selatan, Vaiûóava berkembang di Utara, sementara itu di Bengal (Benggala) , Assam dan Orissa berkembang pesat Úakta dan pengaruh yang terakhir ini sampai ke Indonesia dan khususnya Bali. Upacara dan perayaan Galungan mengingatkan perayaan Durgàpùjà di India
Sejarah dan perkembangan Hinduisme di Bali tidak terlepas dengan perkembangan agama Hindu di Indonesia. Demikian pula perkembangan agama Hindu di Indonesia merupakan kelanjutan dari perkembangan agama Hindu di India. Sejarah dan perkembangan Hinduisme di Indonesia, berdasarkan bukti-bukti sejarah telah tiba pada abad ke 4 dan 5 Masehi, terutama di Kalimantan Timur (pada beberapa prasasti yang dikeluarkan oleh raja Mùlavarman dan di Jawa Barat oleh raja Pùrnavarman) yang datang dari India Selatan. Selanjutnya perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah ditandai dengan pendirian “Lingga” oleh raja Sanjaya pada tahun 654 Saka atau 732 Masehi yang dikenal sebagai pendiri dinasti Matarama Kuno. Sejak berdirinya kerajaan dari dinasti Sanjaya yang disusul dengan dinasti Sailendra di Jawa Tengah, terjadi pula perkembangan Hindusime di Jawa Timur (berdasarkan prasasti Dinoyo, Malang) dan di Bali. Di Bali sejarah dan perkembangan agama Hindu diduga mendapat pengaruh dari Jawa Tangah dan Jawa Timur. Masuknya agama Hindu di Bali diperkirakan sebelum abad ke-8 Masehi, karena pada abad ke-8 telah dijumpai fragmen-fragmen prasasti yang didapatkan di Pejeng berbahasa Sanskerta. Ditinjau dari segi bentuk hurufnya diduga sejaman dengan meterai tanah liat yang memuat mantra Buddha yang dikenal dengan “Ye te mantra”, yang diperkirakan berasal dari tahun 778 Masehi. Pada baris pertama dari dalam prasasti itu menyebutkan kata “Sivas.......ddh.......” yang oleh para ahli, terutama Dr. R. Goris menduga kata yang sudah haus itu kemungkinan ketika utuh berbunyi: “Siva Siddhanta”. Dengan demikian pada abad ke-8 , Paksa (Sampradaya atau Sekta) Siva Siddhanta telah berkembang di Bali. Sampai ditulisnya sebuah prasasti tentunya menunjukkan agama itu telah berkembang secara meluas dan mendalam diyakini oleh raja dan rakyat saat itu. Meluas dan mendalamnya ajaran agama dianut oleh raja dan rakyat tentunya melalui proses yang cukup panjang, oleh karena itu Hinduisme (sekta Siva Siddhanta) sudah masuk secara perlahan-lahan sebelum abad k2-8 Masehi. Bukti lain yang merupakan awal penyebaran Hinduisme di Bali adalah ditemukannya arca Siva di pura Putra Bhatara Desa di desa Bedaulu, Gianyar. Arca tersebut merupakan satu tipe (style) dengan arca-arca Siva dari candi Dieng yang berasal dari abad ke-8 yang menurut Stutterheim tergolong berasal dari periode seni arca Hindu Bali.
Dalam prasasti Sukawana, Bangli yang memuat angka 882 Masehi, menyebutkan adanya tiga tokoh agama yaitu Bhiksu Sivaprajna, Bhiksu Siwa Nirmala dan Bhiksu Sivakangsita membangun pertapaan di Cintamani, menunjukkann kemungkinan telah terjadi sinkretisme antara Siva dan Buddha di Bali dan bila kita melihat akar perkembangannya kedua agama tersebut sesungguhnya berasal dari pohon yang sama, yakni Hinduisme. Berkembangnya dan terjadinya sinkretisme antara Sivaisme dan Buddhisme di Bali sebenarnya diduga lebih menampakkan diri pada masa pemerintahan raja besar Dharma Udayana Varmadeva, karena kedua agama tersebut menjadi agama negara.
Di samping itu secara tradisional disebutkan bahwa agama Hindu dikembangkan oleh seorang maharsi bernama Markandeya. Maharsi Markandeya datang ke pulau Bali dengan para pengikutnya membuka lahan pertanian . Daerah yang dituju pada mulanya adalah daerah di kaki gunung Agung, kemudian pindah menuju arah Barat dan tiba di desa Taro (Gianyar). Beliau menanam Panca Datu (lima jenis logam) di pura Agung Besakih, yang menurut Narendra Pandit Shastri (1957), maharsi Markandeya ini yang mengajarkan agama Siva di Bali dan mendirikan pura Wasuki (Besukihan) yang merupakan cikal bakal perkembangan pura Besakih saat ini.
Bersamaan dengan datangnya agama Hindu ke Bali, pada abad ke-8 juga dijumpai peninggalan-peninggalan yang menunjukkan masuknya agama Buddha Mahayana. Bukti masuknya agama Buddha Mahayana di Bali dapat diketahui dari stupika-stupika tanah liat yang tersebar di daerah Pejeng Selatan, Tatiapi dan Blahbatuh, Gianyar. Seluruh stupika di pura Penataran Sasih, Pejeng dapat diselamatakan dan dipindahkan ke Museum Bali. Sekitar abad ke-13 Masehi, di Bali berkembang pula sekta Bhairava dengan peninggalan berupa arca-arca Bhairava di pura Kebo Edan Pejeng. Sekta ini mungkin berkembang sebagai akibat adanya hubungan politis dengan kerajaan Singhasari (Singosari) di jawa Timur pada masa pemerintahan raja Kertanegara. Berdasarkan data sejarah tersebut, ternyata perkembangan awal kedatangan agama Hindu (Sivaisme) dan Buddha (Mahayana) hampir pada saat yang bersamaman dan bahkan akhirnya agama Buddha Mahayana ini luluh ke dalam agama Hindu seperti diwarisi di Bali saat ini.
Pada masa Bali Kuno merupakan masa tumbuh dan berkembangnya agama Hindu yang mencapai kejayaan pada abad ke-10 dengan ditandai oleh berkuasanya raja suami istri Dharma Udayana Varmadeva dan Gunapriyadharmapatni. Pada masa pemerintahan raja ini terjadi proses Jawanisasi di Bali, yakni prasasti-prasasti berbahasa Bali Kuno digantikan dengan bahasa Jawa Kuno dan susastra Hindu berbahasa Jawa Kuno dibawa dari Jawa dan dikembangkan di Bali. Masa Bali Kuno ini berakhir dengan pemerintahan raja Astasura-ratnabhumibanten yang ditundukkan oleh ekspediri Majapahit dibawah pimpinan mahapatih Gajah Mada.
Pada masa Bali Kuno ini (antara abad ke-10 sampai dengan ke-14) pertumbuhan agama Hindu demikian pesat. Pada masa pemerintahan raja Dharma Udayana, seorang pandita Hindu bernama Mpu Rajakerta menjabat Senapati i Kuturan (semacam perdana mentri) yang menata kehidupan kegamaan dengan baik dan terwarisi hingga kini. Saat itu sekta-sekta yang berkembang di Bali, yang menurut penelitian Dr. R.Goris (1926) jumlahnya 9 sekta, yang terdiri dari : Siva Siddhanta, Pasupata, Bhairava, Vaisnava, Bodha (Soghata), Brahmana, Rsi, Sora (Surya) dan Ganapatya. Sedangkan dalam beberapa lontar di Bali disebutkannya 6 sekta (disebut Sad Agama), yang terdiri dari Sambhu, Brahma, Indra, Bayu, Visnu dan Kala. Di antara seluruh sekta tersebut, rupanya yang sangat dominan dan mewarnai kehidupan agama Hindu di Bali adalah Siva Siddhanta dengan peninggalan beberapa buah lontar (teks) antara lain: Bhuvanakosa, Vrhaspatitattva, Tattvajnana, Sang Hyang Mahajnana, Catur Yuga, Vidhisastra dan lain-lain. Mudra dan Kutamantra yang dilaksanakan oleh para pandita Hindu di Bali dalam aktivitas ritual pelaksanaan Pujaparikrama bersumber pada ajaran Siva Siddhanta.
Pada saat Senapati i Kuturan dijabat oleh Mpu Rajakerta (kini lebih populer disebut dengan nama Mpu Kuturan) rupanya seluruh sekta tersebut dikristalisasikan dalam pemujaan kepada Tri Murti yang melandasi pembangunan Desa Krama (Pakraman) atau desa Adat di Bali hingga kini. Fragmen-fragmen peninggalan sekta-sekta lainnya masih dapat ditemukan baik berupa peninggalan purbakala, karya sastra dan aktivitas ritual.
Ketika Bali memasuki abad pertengahan (abad 14 sampai dengan 19 Masehi), di bawah hegemoni Majapahit, maka kehidupan dan tradisi Majapahit ditransfer ke Bali bahkan di dalam kitab Nagarakrtagama disebutkan “Bhumi Balya i sacara lawan bhumi Jawa”, yang menunjukkan bahwa pengaruh Majapahit demikian dominan di Bali. Pada masa pemerintahan raja besar Waturenggong (Dalem Batrurenggong) di Gelgel, seorang penasehat raja bernama Danghyang Nirartha (Dwijendra) sangat berperanan. saat itu kehidupan agama diwarnai dengan perkembangan Siwaisme yang diminan, di samping dakui pula eksistensi Buddhisme (dengan tokohnya Danghyang Astapaka) dan Vaisnava (dengan tokohnya Mpu Mustika) yang hingga kini, walaupun disebut sebagai Hinduisme atau agama Hindu (Hindu Dharma), unsur-unsur ketuga sekta tersebut masih dapat diamati.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa kehidupan agama Hindu di Bali sudah berkembang sejak lama dan karateristik Hindu Dharma yang universal sejak awalnya tetap dipertahankan diaplikasikan dalam kehidupan nyata yang dikenal di Bali dengan ajaran Tri Hita Karana, yakni hubungan yang harmoni dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan sesama dan dengan bumi serta lingkungannya.
Bila kita melihat bermacam-macam kebudayaan daerah yang terdapat di Indonesia, maka nampak jelas perbedaan antara budaya atau kebudayaan Bali dengan budaya dan kebudayaan daerah lainnya. Populernya Bali di seluruh penjuru dunia adalah karena kebudayaannya yang luhur dan indah itu, tentu pula di samping potensi alamnya tempat budaya Bali tumbuh dan berkembang. Bagi pengamat sepintas, sulit pula membedakan antara agama Hindu dan budaya Bali, oleh karena itu sering terjadi identifikasi bahwa agama Hindu sama dengan kebudayaan Bali. Kerancuan ini perlu dijelaskan, bahwa kedudukan agama Hindu dalam hubungannya dengan budaya Bali adalah merupakan jiwa dan nafas hidup dari budaya danm kebudayaan ini.
Agama Hindu dapat disebut sebagai isi, nafas dan dan jiwa dari budaya Bali sebagai ekspresi atau gerak aktivitasnya. Agama Hindu sesuai dengan sifat ajarannya senantiasa mendukung dan mengembangkan budaya setempat. Agama Hindu ibarat aliran sungai, kemana sungai mengalir, di sanalah lembah disuburkan. Budaya dapat pula dibandingkan sebagai wadah dan agama sebagai air. Warna dan bentuk wadah menentukan warna dan bentuk air di dalam wadah itu. Demikianlah hubungannya agama Hindu dengan budaya atau kebudayaan Bali. Perbedaan budaya tidak akan menimbulkan perbedaan dalam pengamalan ajaran agama oleh umatnya, karena agama Hindu di manapun dianut oleh pemeluknya, ajarannya selalu sama, univesal dan bersifat abadi.
Dalam hubungannya dengan kebudayaan Bali, agama Hindu yang merupakan jiwa, inti atau fokus budaya itu memancar pada: (1). pandangan hidup masyarakat Bali, (2). seni budaya Bali, (3). adat-istiadat dan hukum adat yang merupakan pangejawantahan dari hukum Hindu dan (4). organisasi sosial kemasyarakatan tradisional seperi desa Adat, Subak dan lain-lain. Jalin menjalinnya berbagai aspek budaya yang bernafaskan ajaran Hindu. Aspek-aspek budaya inilah merupakan mosaik kebudayaan Bali dewasa ini.
















Daftar Pustaka

Chandrasekharendra Sarasvati, Úrì.1988. The Vedas. Bombay, India: Bharatiya Vidya Bhavan.

Dayananda Sarasvati, Úrì Swami.1974. The Ågveda. Tr.Acharya Dharma Deva Vidya
Martanda, Volume I, New Delhi: Sarvadeshik Arya Pratinidhi Sabha.

Klostermaier, Klaus, K.1990. A Survey of Hinduism. New Delhi, India: Mushiram Manoharlal.

Mahadevan, T.M.P. 1984. Outlines of Hinduism. Bombay, India: Chetana.





proposal(ptk) penelitian tindakan kelas

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI MELALUI MEDIA KARIKATUR SISWA KELAS XA SMA N. 1. PETANG , BADUNG TAHUN AJARAN 2010/2011.




OLEH:
I NYOMAN ARTANA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI IKIP PGRI BALI
DENPASAR,2010




PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan tuhan yang maha esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala anugrah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini sesuai dengan batas waktu yang telah di tentukan, dan adapun yang mendorong kami mengkaji pendekatan media karikatur dalam menulis paragraf argumentasi karena lemahnya siswa mengekpresikan dirinya di dalam kegiatan pembelajaran khususnya menulis dan dengan itu kami sangat tertarik mengkaji masalah ini yang dimana kami rasa dengan menggunakan media karikatur dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam menulis paragraf argumentasi. upaya ini dapat di harapkan meningkatkan kualitas siswa di dalam menulis paragaraf,dan kami juga berharap bisa menghasilkan generasi muda yang mempunyai ekspresi tingi, cerdas, kreatif, kritis dan berbudaya. dalam keterampilan menulis sangatlah berperan di kalangan masiarakat karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan menulis juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya .


DAPTAR ISI
……………..

……………







BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian di bidang pembelajaran di tandai dengan adanya permasalahan tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. ciri kas dari penelitian pembelajaran adalah adanya kajian yang berhubungan dengan latar belakang permasalahan, penerapan rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran yang di tujukan untuk mencapai hasil belajar tertentu.
Dalam bab pendahuluan ini akan di jelaskan secara berturut-turut mengenai (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan asalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, (5) mampaat penelitian, (6) asumsi. hal tersebut di atas akan di jelaskan secara rinci di bawah ini:

1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas dan berkopetensi salah satunya melalui dunia pendidikan, baik pendidikan pormal maupun non pormal. pendidikan pormal di peroleh dari lingkungan sekolah sedangkan pendidikan non pormal di peroleh dari luar lingkungan sekolah atau masyarakat. pendidikan terus menerus akan di lakukan dan tidak akan ada hentinya selama manusia itu ada. proses pendidikan berlangsung secara simultan dan berkelanjutan, keberadaan manusia sekarang di tentukan oleh proses pendidikan sebelumnya dan keadan manusia yang akan datang di tentukan oleh proses pendidikan saat ini, kegagalan pendidikan pada suatu generasi akan membawa dampak bagi generasi berikutnya, dan sebaliknya begitu juga keberhasilan pendidikan akan menghasilkan suatu generasi tangguh yang siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang.
semakin luas wawasan pendidikan semakin besar kemungkinan kita menimbang dengan lebih baik apa yang harus di kerjakan di masa yang akan datang dan bagimana mengerjakan dalam rangka menciptakan repormasi dan pemberdayaan manusia yang lebih beradab dan santun.
Dalam pelaksanaan pendidikan kita memerlukan bahasa sebagai alat pengantar. bahasa memungkinkan kita untuk saling berhubungan dengan berbagi pengalaman baik melalui bahasa tulis maupun bahasa lisan, bahasa merupakan salah satu unsur terpenting yang berada pada manusia dan masiarakat manapun tanpa terkecuali(sugono,2005:110). Keberadanya yang tidak terpisahkan dengan manusia ini sangat penting di pahami karena bahasa hadir jika manusia hidup dengan oranglain .
sebagai alat komunikasi bahasa tulis memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia untuk mengekpresikan diri berupa ide gagasan atau pemikiran sehingga mampu menciptakan peradaban dan karya kreatif yang dapat merubah dunia yang di tandai dengan perkembangan iptek dan juga globalisasi informasi yang dapat melampau batas bangsa beserta budaya , informasi yang muncul dan berkembang di bangsa Indonesia akan segera beredar ke seluruh plosok negeri, dari situ tidak dapat di pungkiri bahwa keberadaan bahasa Indonesia menjadi sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh karena itu penguasaan bahasa Indonesia menjadi pintu gerbang penguasaan IPTEK (DENDY SURGONO 2006:5).Salah satu sarana transpormasi dan sosialisasi baik impormasi yang berkaitan dengan pengetahuan maupun transpormasi idiologi, adalah media massa cetak kehadiran media cetak dalam perkembangan teknologi merupakan salah satu dari sekian banyak sarana yang dapat mengungkapkan ide, gagasan, kritikan, dan lain sebagainya yang kini menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia .
Keterampilan yang di kuasaui oleh seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan aktipitas menulis karena menulis merupakan salahsatu bentuk ketrampilan dalam berbahasa. Dengan keterampilan menulis seseorang dapat mengekspresikan sesuatu yang di alaminya atau yang ada pada dirinya lewat tuliasa dalam bentuk paragraf, dan dengan ketrampilan menulis ini kita dapat menambah pengetahuan atau wawasan yang berkaitan dengan tema apa yang kita tuangkan dalam tulisan tersebut.
Perlu kita ketahui dalam ketrampilan berbahasa yang di terima oleh seseorang secara berturutan. ketrampilan tersebut adalah ketrampilan menyimak, berbicara, membaca,dan menulis. di antara ke empat keterampilan tersebut menulis merupakan ketrampilan tertingi yang di miliki oleh seseorang ketrampilan menulis di terima oleh seseorang setelah dia mampu membaca . menulis adalah merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran gagasan dan perasaan seseorang yang di ungkapkan dalam bahasa tulis menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran, gagasan dan perasaan dalam bentuk tulisan yang di harapkan dapat di pahami oleh pembaca, dan berpungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. dengan demikian dapat di katakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan ke pada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa di pahami oleh pembaca .
Kegiatan menulis juga sangat penting dalam pendidikan karena dapat membantu siswa dalam berlatih berpikir mengungkapkan gagasan, memecahkan masalah,dan menulis adalah salahsatu bentuk berpikir yang juga merupakan alat untuk membuat orang lain (pembaca) berpikir .
dengan menulis, seorang siswa mampu mengkonstruk berbagai ilmu atau pengetahuan yang di miliki dalam sebuah tulisan baik dalam bentuk paragraf, artikel, laporan ilmiah, puisi, dan sebagainya.
Dalam era globalisasi ini peran menulis sangat di tuntut dalam suatu masiarakat, karena dengan kegiatan menulis ini dapat di harapkaen membantu kemanjuan baik di bidang politik maupun sosial budaya oleh karena itu sejak dini masiarakat perlu di motivasi agar aktip dan kritis di dalam kegiatran menulis.
Pemerintah harus berupaya agar meningkatkan motivasi masiarakat dalam kegiatan menulis baik melalui program-program yang sudah kita kenal dengan hari bulan bahasa yang di mana hal itu sangat membantu memotivasi seseorang dalam meningkatkan kualitas dari hasil menulis beliau.
Melihat pentingnya penyusunan paragraf di kalangan siswa, sedangkan realita yang ada saat ini rendahnya minat siswa khususnya dalam ketrampilan menulis maka atas dasar inilah penulis merasa perihatin dan mencoba melakukan penelitian tindakan kelas agar kegiatan proses pembelajaran menulis khususnya menulis paragraf argumentasi menjadi pembelajaran yang inovatif, kreatif, aktif, efektif dan menyenangkan bagi siswa. hal ini juga adalah suatu masalah yang harus dipecahkan. peneliti memandang perlu di adakanya perbaikan terhadap pembelajaran menulis paragraf kususnya paragraf argumentasi agar siswa dapat menuangkan gagasan, keinginan, kritik, cita-cita,dan harapan ke dalam suatu bentuk paragraf. untuk itu guru harus mencari alternatif lain dalam hal ini baik menggunakan pendekatan metode atau media pembelajaran yang di yakini bisa memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis . media yang di pandang mampu mengatasi permasalahan lemahnya kemampuan menulis paragraf kususnya paragraf argumentasi adalah dengan menggunakan media karikatur, dan pemilihan media ini telah di yakini dapat mendorong motivasi siswa dalam kegiatan menulis yang di mana media karikatur ini adalah media yang mampu merangsang imajinasi atau penapsiran dan mengkritisi tentang kehidupan, politik, soaial, dan budaya. dengan melihat tokoh atau penomena karikatur tersebut siswa akan mempunyai penapsiran tersendiri atau kritikan tersendiri yang nantinya bisa di tuangkan dalam betuk paragraf kususnya paragraf argumentasi dan alasan yang paling mendalam mengapa media karikatur ini di pandang mampu meningkatkan ketrampilan menulis paragraf argumentasi karena gambar karikatur berpungsi untuk menyampaikan pesan pada pembacanya secara tepat dan ringkas dalam menyikapi suatu situasi dan kejadian-kejadian tertentu(arief sadiman dkk,1996:49).
Salah satu media pembelajaran yang dapat di aplikasikan untuk meningkatkan kualitas dan kegemaran siswa dalam menulis paragraf argumentasi adalah melalui media karikatur di media masa. langkah ini akan memberikan gambaran pada siswa untuk menulis serta meningkatkan ketrampilan siswa dalam hal kelancaran berkomunikasi baik dalam hal mencurahkan idea tau gagasan penyampaian impormasi .
Dari hasil obserpasi pembelajaran di kelas wawancara dengan siswa dan guru serta hasil siswa dalam menulis paragraf khususnya paragraf argumentasi, sedangkan hasil karya siswa dalam bentuk paragraf belum sesuai dengan hapan para guru,dari 31 siswa kelas XA SMA N 1 petang ternyata hanya 2 siswa yang mendapatkan nilai di atas 70 padahal kriteria ketuntasan minimalnya adalah 70 ini brarti 83% siswa belum tuntas dalam kopetensi dasar menulis paragraf, dan berdasarkan hasil observasi pengamatan pembelajaran dan hasil wawancara dengan guru kendala yang di alami oleh siswa tersebut di sebabkan oleh beberapa faktor siswa tidak terlatih dalam menuangkan gagasannya ke dalam bentuk paragraph, guru kesulitan dalam membangkitkan minat belajar siswa, guru belum mengoptimalkan media dan metode yang tepat dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi .
Sepanjang peengamatan peneliti masalah yang di kemukakan di atas belum ada yang meneliti sehingga hasilnya di harapkan dapat di gunakan sebagai umpan balik bagi guru di dalam mengajar menulis khususnya di dalam menulis paragraf argumentasi di masa yang akan datang karena dengan hasil penelitian ini guru dpat mengetahui kemampuan masing-masing siswa dalam menulis paragraf

1.2 Identifikasi Masalah

Memperhatikan uraian di atas, kondisi pembelajaran bahasa indonesia yang ada saat ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran menulis paragraf argumentasi di kelas masih berjalan monotun
2. Belum di temukan strategi membelajaran menulis yang tepat
3. Belum ada kolaborasi antara peneliti, guru, dan siswa untuk memecahkan masalah
4. Media yang di gunakan guru bahasa Indonesia bersipat konpensional
5. Rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Indonesia
6. Rendahnya prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis kususnya menulis paragraf argumentasi




1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latarbelakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah
1. Apakah pendekatan media karikatur dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi dapat meningkatkan motivasi siswa dalam menulis paragraf?
2. Apa peranan media karikatur dalam menulis paragraf khususnya paragraf argumentasi?
3. Bagaimanakah cara penerapan media karikatur dalam meningkatkan hasil menulis paragraf argumentasi SMA. 1. Petang,Badung?

1.4 Cara Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah yang akan di gunakan penelitian tindakan kelas ini adalah dengan mengunakan media karikatur guna meningkatkan ketrampilan menulis paragraf argumentasi. dan dengan media ini di harapkan hasil belajar dan aktipitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis paragraf argumentasi.

1.5 Krangka Berpikir

Berdasarkan urain yang telah di kemukaan pada bab pendahuluan hingga akhir yang di proleh, untuk mempermudah dan merumuskan perhatian terhadap penelitian tindakan kelas(PTK) yang di adakan, maka peneliti membuat langkah kerangka berpikir dalam pemecahan masalah. kerangka pemecahan masalah dan gambaran pola pemecahanya melalui tahapan berikut:













Diskusi pemecahan masalah Penerapan media karikatur

Evaluasi efek


1.6 Hipotesis Tindakan


Berdasarkan kerangka berpikir di atas , dapat di rumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Dengan di terapkan media karikatur dalam pembelajarran menulis kususnya menulis paragraf argumentasi dapat meningkatkan keterlibatan siswa Kelas Xa SMA.1. Petang, Badung.
2. Dengan di terapkan media karikatur dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa SMA.N.1. Petang , Badung

1.7 Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah salah satu penelitian yang di laksanakan oleh seorang guru sebagai alternatif pilihan untuk menemukan cara dalam rangka meningkatkan mutu atau kualitas proses pembelajaran di sekolah,dan begitu juga dalam suatu kegiatan sudah barang tentu ada sutu tujuan yang ingin di capai dari kegiatan tersebut dan apabila kegiatan itu bersipat ilmiah, tujuan yang akan di inginkan harus di rumuskan dengan jelas untuk di jadikan pedoman dalam melaksanakan penelitian , sehingga pelaksanaanya bisa terarah, terpola, dan sistematis begitu juga dengan penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1.7.1 Tujuan umum
Secara umum sesuai dengan permasalahan yang telah di sebutkan di atas penelitian tindakan kelas ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk menyusun program yang tepat sesuai dengan permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam kopetensi dasar menulis paragraf
2. Untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran menulis paragraf
3. Untuk menyusun sistem peenilaian proses dan hasil pembelajaran yang tepat dan objektif untuk mengetahui apakah siswa telah mampu atau belum menguasai kopetensi dasar dalam menulis suatu paragraf.
4. Untuk membuat siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan ide, pendapat, dan gagasanya .
5. Untuk membuat siswa mengetahui pembelajaran secara tuntas .

1.7.2 Tujuan khusus

Secara khusus sesuai dengan masalah yang di kemukakan di atas,penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui epektipitas pengunaan media karikatur dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi Siswa Kelas A Sma 1 Petang ,Badung
2. Untuk mengetahui ke efektipan media karikatur dalam meningkatkan ketrampilan menulis paragraf argumentasi ,Siswa Kelas A Sma N 1 Petang ,Badung.
3. Untuk mengetahui cara pelaksanaan media karikatur dalam proses pembelajaran ketrampilan menulis paragraf argumentasi Siswa Kelas A Sma .N .1 Petang,Badung

1.8 Mamfaat Penelitian.

Dalam suatu kegiatan yang di lakukan sudah barangtentu mempunyai mampaat yang di maksud dalam mamfaat disini adalah mamfaat apa yang bisa di petik oleh pihak lain apabila penelitian ini di pecahkan,adapun mamfaat yang di harapkan :

1.8.1 Mamfaat Teoritis
Mampaat teoritis ini adalah pernyataan tentang mampaat yang menonjolkan pentingnya penemuan bagi kemajuan ilmu pengetahuan bagi peneliti. Mampaat teoritis ini dapat di uraiakan sebagi berikut:
a. hasil penelitian ini dapat di pergunakan sebagai alternatif bagi guru di sekolah lain dalam pembelajaran menulis paragraf khususnya paragraf argumentasi
b. bagi pihak-pihak yang terkait dengan pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam menulis,dapat di pakai sebagai pengetahuan untuk kelayakan pengajaran yang akan dating.

1.8.2 Mamfaat Praktis.
Mampaat praktis disini mempunyai arti pernyataan tentang mampaat penelitian yang menonjolkan penerapan penemun penelitian , maka dari itu dalam mampaat praktis ini dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Mampaat bagi Siswa
Penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam kegiatan menulis kususnya menulis paragraf argumentasi.
b. Bagi Guru
- Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan pengetahua Guru khususnya Guru bidang study Bahasa Indonesia berkaitan dengan teknik-teknik menulis paragraf argumentasi
- Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan umpan balik bagi Guru di dalam mengajar menulis paragraf argumentasi pada masa yang akan datang karena dengan hasil penelitian ini Guru dpat mengetahui apakah penggunaan media karikatur dalam menulis paragraf argumentasi dapat memotivasi siswa,untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis paragraf,dan untuk mengetahui paktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menulis paragraf khususnya paragraf argumentasi sehingga guru bisa mengkaji kembali apakah alternatif tindakan yang telah di lakukan tepat atau tidak ,atau masih perlu penyempurnaan.
- Guru trampil dalam mengunakan model,metode dan media pembelajaran yang berpariatif
c. Bagi Sekolah
- Memberi arah kinerja pinpinan dalam mempasilitasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran
- Memberi arah guru agar trampil dalam pengelolaan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis paragraph
- Memberikan motivasi pada guru dalam meningkatkan kemampuan dan kreativitas dalam pembelajaran .
d. Mamfaat bagi Penyusun Bahan Ajar
- hasil penelitian ini dapat di harapkan memberikan masukan -masukan dalam penyusunan materi ajar yang lebih tepat,sistematis dan berpariasi,sehingga materi ajar menulis paragraf argumentasi lebih berkembang.
D. Bagi Penyusunan Kurikulum
- hasilpenelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan-masukan kepada penyusun kurikulum untuk menata kembali kurikulum dan alokasi waktu yang tepat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


Kajian pustaka adalah pemaparan hasil penelitian yang di lakukan oleh penelitian lainya atau para ahli,dengan adanya tinjauan pustaka ini penelitian seseorang dapat di ketahui hasilnya kajian pustaka akan di kaji melalui telaah pustaka yang berkaitan dengan penelitian tindakan ini :
Titin Rahmawati (2008). dalam penelitianya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis dengan Metode berkunjung ke Lingkungan Sekitar(fild trip) pada siswa kelas VSD Negeri 1 Kulorejo Kecamatan nguntoro nadi Kabupaten Wonogiri tahun 2007/2008 hasil penelitianya antara lain:
1. penerapan metode berkunjung ke lingkungan sekitar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis siswa .
2. penerapan metode berkunjung ke lingkungan seklitar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis .

Penelitian yang berkaitan dengan kegiatan menulis juga di lakukan oleh Latifah (2007) dengan judul “Peningkatan Ketrampilan Menulis Dengan Media Gambar Pada Kelas X Negeri Sukarta “ hasil penelitianya menyatakan bahwa terdapat peningkatan pembelajaran keterampilan menulis pada siswa kelas X7 SMA Negeri 5 Sukarta dengan menerapkan media gambar hal ini terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar berlangsung menjadi dua arah
2. Guru memberikan stimulus (peringatan) siswa merespon tersebut selama proses belajar mengajar berlangsung ,siswa juga jadi aktif bertanya dan memperhatikan pembelajaran .
3. hasil menulis siswa meningkat

Selanjutnya juga penelitian yang di lakukan Wati Istanti (2007) dengan judul “Penerapan Ketrampilan Proses untuk meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah pada Siswa kelas XIII program bahasa (PTK di SMA Negeri Sukoharjo ) hasil penelitiaan mengatakan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses maupun hasil) menulis ilmiah pada siswa kelas XIII program bahasa di SMA Negeri 3 Sukoarjo . peningkatan kualitas proses pembelajaran tersebut terjadi setelah guru melakukan upaya
1. Penjelasan guru dengan lebih di tekankan pada kualitas pemahaman Siswa bukan pada kualitas materinya .
2. Pemberian model atau contoh sebagai acuan Siswa dalam pengembangan gagasanya untuk menulis ilmiah.
3. Feedback atau umpan balik terhadap tugas yang telah di kerjakan Siswa .

2.1 Landasan Teori

Dalam bab ini di uraikan secara singkat teori-teori yang di pakai sebagai landasan dalam penelitian ini. dalam landasan teori akan di bahas beberapa hal sebagai berikut: (1). Hakekat menulis.(2). Pengertian paragraf.(3).pengertian argumentasi .(4). Hakekat media.(5). Pengertian karikatur

2.1.1 Hakekat Menulis

a. Pengertian Menulis

Ada empat keterampilan berbahasa oleh seseorang secara beruntun .keterampilan tersebut adalah menyimak ,berbicara,membaca, dan menulis .di antara ke empat keterampilan berbahasa tersebut,menulis merupakan ketrampilan tertinggi yang di miliki oleh seseorang. keterampilan menulis di terima oleh seseorang setelah dia mampu membaca,lebih lanjut di jelaskan kemampuan menulis menghendaki berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan,(nurgiantoro,2008:294).
Menurut Irman Rosidi (2009:2)Menulis merupakan kegiatan menuangkan pikiran,gagasan, dan perasaan seseorang dalam bahasa tulis .menulis merupakan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang di harapkan dapat di pahami oleh pembaca dan berpungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung ,dan menulis juga dapat di dipinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya . pesan disini mempunyai arti isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan sedangkan tulisan merupakan suatu lambing atau symbol-symbol bahasa yang dapat di lihat disepakati pemakainya,denagan demikian dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat
1. Penulis sebagai penyampai pesan (penulis)
2. Pesan atau isi tulisan
3. Saluran atu media berupa tulisan
4. Pembaca Sebagai Penerima Pesan
Menulis sendiri bukanya hal yang asing bagi kita artikel,esai,laporan ,resensi,karya sastra ,buku,komok,cerita dan lain-lain adalah contoh bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan kita .tulisan-tulisan itu meyakinkan secara runtun dan menarik ide,gagasan,dan perasaan penulisnya sayangnya,aktifitas menulis atau kadang orang menyebutnya mengarang,tidak banyak di antara kita yang menyukai .dari surpay yang pernah penulis lakukan terhadap guru bahasa Indonesia,umumnya responden menyatakan bahwa aspek pelajaran bahasa yang paling tidak di sukai murid dan guru adalah menulis atau mengarang maka dari itu penulis mengupayakan alternatif lain untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran ini,(Suparno 2007:1.3)
Menurut Tarigan(2008:22) dapat di uraikan bahwa menulis mempunyai arti kegiatan menyusun dan mengkomunikasikan gagasan dengan medium bahasa yang di lakukan penulis kepada pembaca sehingga terjadinya intraksi keduanya demi tercapainya tujuan ,dan dan menulis juga dapat di artikan menguraikan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seorang,sehingga oranglain dapat memeahami lambing-lambang grafik tersebut.
Antar Semi(1990:13-14). mengungkapkan bahwa menulis adalah suatu proses dari prposes tersebut,menulis juga melibatkan berbagai ketrampilan menyusun pikiran dan perasaan menggunakan kata-kata dalam bentuk susunan yang tepat.
Suriamiharja (1996:1) mengatakan bahwa menulis adalah kegiatan
melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa
menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
kehendak kepada orang lain secara tertulis. Sementara itu, Owens (dalam
Soenardji dan Hartono 1998:102) memberi pengertian tentang menulis adalah
menggabungkan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik dan benar menurut
tata bahasa, dan menjalinnya menjadi wacana yang tersusun menurut
penalaran yang tepat.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang
lain. Selain itu, menulis juga diartikan sebagai kegiatan pelukisan lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,
sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut, mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis merupakan suatu
representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Menulis sangat
penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Juga
memudahkan kita merasakan daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Hasil
tulisan merupakan satu-satunya media untuk menyampaikan pesan yang ingin
kita sampaikan.

b.Fungsi Menulis
Menurut Graves,dalam bukunya Suparno(2007:1-4) seseorang enggan menulis karena tidaktahu untuk apa dia menulis ,merasa tidak berbakat menulis ,dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis ,ketidak sukaan tak terlepas dari pengaruh lingkungan,keluarga dan masiarakat serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang kurang memotipasi dan merangsang minat.menulis sebenarnya mempunyai pungsi yang sangat komplek dalam kehidupan pembelajaran siswa yaitu:
1. Meningkatkan kecerdasan
2. Pengembangan daya inisiatif dan kreatif
3. Penumbuhan keberanian, dan
4. Mendorong kemawan dan kemampuan mengumpulkan impormasi

Irman Rosidi(2009:3) kegiatan menulis sangat penting dalam pendidikan karena dapat membantu siswa berlatih berpikir,mengungkapkan gagasan dan memecahkan masalah ,sesuai dengan pengertian menulis yang telah di uraikan di atas bahwa menulis merupakan salah satu bentuk berpikir yang juga merupakan alat untuk membuat orang (pembaca ) ikut berpikir,dan dengan menulis juga seseorang siswa juga mampu mengkonstruk berbagai ilmu atau pengetahuan yang di miliki dalam sebuah tulisan baik dalam bentuk esai,artikel,laporan ilmiah,cerpen,puisi dan paragraf.

c.Tujuan Menulis
Hugo Hartig (dalam Tarigan 1986:24) mengemukakan bahwa tujuan
penulisan suatu tulisan adalah (1) tujuan penugasan; (2) tujuan altruistik
(menghibur); (3) tujuan persuasif; (4) tujuan penerangan; (5) tujuan
pernyataan diri; (6) tujuan kreatif; (7) tujuan pemecahan masalah.
Tujuan penugasan sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.
Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauannya sndiri
(misalnya para siswa yang diberi tugas membuat laporan kegiatan). Tujuan
kedua adalah tujuan altruistik (menghibur). Penulis bertujuan untuk
menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin
menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya,
ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan
dengan karyanya itu. Seseorang tidak dapat menulis secara tepat guna apabila
dia percaya bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah “lawan” atau
“musuh”. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan suatu tulisan. Tujuan
ketiga adalah tujuan persuasif (mempengaruhi) adalah meyakinkan para
pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan dengan berbagai teknik
menulis. Tujuan yang keempat adalah tujuan penerangan yaitu memberi
informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca. Tujuan yang
kelima adalah tujuan pernyataan diri yaitu memperkenalkan atau menyatakan
diri sang pengarang kepada para pembaca agar mendapatkan pengakuan dari
pembaca. Tujuan yang keenam adalah tujuan kreatif yang berhubungan erat
dengan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan
diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik atau
seni yang ideal, seni idaman. Tujuan yang ketuju adalah tujuan pemecahan
masalah adalah untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin
menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran23
pikiran dan gagasan-gagasannya agar dapat dimengerti dan diterima oleh
pembaca.
Irman Rosidi(2009:5) tujuan menulis juga bermacam-macam bergantung pada ragam tulisan .secara umum, tujuan menulis dapat di katagorikan sebagai berikut:

a. Memberitahukan atau menjelaskan
Tulisan yang bertujuan atau menjelaskan sesuatu bias di sebut dengan karangan eksposisi.karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha menjelaskan sesuatu kepada pembaca dengan menunjukkan berbagai bukti kongkrit dengan tujuan menambah pengetahuan pembaca.

b. Menyakinkan atrau mendesak
Pernahkah anda mendengar kalimat dalam sebuah diskusi kelas apa argument saudara?
Arti argument tersebut adalah alasan untuk meyakinkan seseorang dengan demikian tujuan tulisan ini adalah meyakinkan pembaca bahwa apa yang di sampaikan penulis benar sehingga penulis berharap pembaca mau mengikuti pendapat penulis.

c. Menceritakan Sesuatu
Tulisan yang bertujuan menceritakan sesuatu kejadian kepada pembaca atau disebut dengan karangan narasi.

d. Mempengaruhi Pembaca
Mungkin anda pernah mendengar janji-janji yang di sampaikan oleh juru kampanye pada suratkabar atau majalah dan apa yang di sampaikan dalam majalah tersebut bertujuan untuk mempengaruhi atau membujuk pembaca agar mengikuti kehendak penulis dengan menampilkan bukti-bukti yang sipatnya emosi(tidaknyata)

e. Menggambarkan sesuatu
Penulis karangan deskripsi tak ubahnya seorang pelukis . hal yang membedakan keduanya adalah media yang di gunakan yaitu pena dan kanpas. penulis karangan deskripsi ingin agar pembaca ikut seolah-olah merasa,melihat,meraba atau menikmati objek yang di lukiskan penulis .
Dari beberapa pendapat pakar yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis mempunyai tujuan yang khusus
seperti menginformasikan, melukiskan, dan menyarankan. Tujuan menulis
adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri seseorang kedalam sepenggal
tulisan. Penulis memegang sesuatu peranan tertentu, dalam tulisannya
mengandung nada yang sesuai dengan maksud dan tujuan.

2.1.2 Hakikat Paragraf
Istilah paragraf mempunyai acuan yang bermacam-macam. Paragraf adalah sekumpulan kalimat yang merupakan pengembangan dan ilustrasi dari sebuah pikiran atau gagasan utama.
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan (Akhadiah 1988: 144). Paragraf juga dapat dikatakan karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir.
Ahmadi (1991: 1) menyatakan paragraf adalah suatu satuan pikiran atau perasaan, suatu satuan susunan teratur, satuan-satuan yang lebih kecil (kalimat-kalimat) dan berfungsi sebagai bagian dari suatu satuan yang lebih besar (keseluruhan komposisi).
Lain halnya dengan Keraf yang menyebut paragraf dengan alinea. Menurut Keraf (1993: 62) alinea adalah suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Alinea merupakan himpunan dari 20
kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Wiyanto (2004: 15) menyatakan paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran untuk mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang diungkapkan dalam seluruh tulisan.
Paragraf menurut Mustakim (1994: 112) adalah suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup.
Jadi paragraf adalah sekelompok kalimat yang tersusun dalam membuat gagasan atau pikiran utama yang dikembangkan oleh penulis untuk mencapai suatu kejelasan tertentu bagi pembacanya.

2.1.2.1 Syarat-Syarat Paragraf

Paragraf sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan. Menurut Akhadiah (1988: 148) dalam pengembangan paragraf, harus menyajikan dan mengorganisasikan gagasan menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan. Persyaratan itu ialah sebagai berikut pertama adalah kesatuan, tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut. Jadi, satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan 21
pokok atau topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang mesing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur, akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadinya, kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.
Syarat ketiga adalah kelengkapan, suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
Menurut Sakri (1992: 2) ada tiga sifat yang harus dimiliki oleh sebuah paragraf agar dapat menyampaikan gagasan dengan baik. Tiga sifat yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah (1) paragraf harus memiliki kesatuan yang artinya, seluruh uraiannya terpusat pada satu gagasan saja; (2) paragraf harus memiliki kesetalian yang artinya, kalimat di dalamnya berhubungan sesamanya dengan bermakna bagi pembaca; (3) paragraf harus memiliki isi yang memadai yakni memiliki sejumlah rincian yang terpilih dengan patut sebagai pendukung gagasan utama paragraf. 22
Syarat-syarat pembentukan alinea menurut Keraf (1993: 67) adalah (1) kesatuan, kesatuan dalam alinea adalah bahwa semua kalimat yang membina alinea itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu; (2) koherensi, koherensi yang dimaksud di sini adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alinea itu; (3) perkembangan alinea, perkembangan alinea ini adalah penyusunan atau perincian daripada gagasan-gagasan yang membina alinea itu.
Lain halnya dengan Mustakim (1994: 115) sebuah paragraf yang baik hendaknya dapat memenuhi dua kriteria atau persyaratan, yaitu kesatuan (kohesi), sebuah paragraf harus memiliki sebuah kesatuan. Kesatuan menyangkut keeratan hubungan makna antar gagasan dalam sebuah paragraf. Sebuah paragraf hanya mengandung satu gagasan utama, yang diikuti oleh beberapa gagasan pengembang atau penjelas. Oleh karena itu, rangkaian kalimat yang terjalin dalam sebuah paragraf hanya mempersoalkan satu masalah atau satu gagasan utama. Dengan demikian, jika dalam satu paragraf terdapat dua gagasan utama itu seharusnya dituangkan dalam paragraf yang berbeda. Sebaliknya, jika dua buah paragraf hanya mengandung satu gagasan utama, kedua paragraf itu seharusnya digabungkan menjadi satu.
Kriteria kedua adalah kepaduan (koherensi), sebuah paragraf harus memiliki sebuah kepaduan. Kepaduan sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan sebuah paragraf juga harus memperlihatkan kepaduan hubungan antarkalimat yang terjalin di dalamnya. Kepaduan paragraf dapat diketahui dari susunan kalimat yang sistematis, logis, dan mudah dipahami. 23
Jadi syarat paragraf yang baik adalah suatu paragraf yang di dalamnya terdapat kesatuan (kohesi), kepaduan (koherensi), dan kesesuaian dalam pengembangan gagasan dengan rincian gagasan yang ada.

2.1.2.2 Fuingsi paragraph

Widjono hs(2007:175) dalam karangan yang panjang , paragraf mempunyai arti dan fungsi yang penting dengan paragraf itu pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh ,runtun, lengkap ,menyatu dan sempurna sehingga dapat bermakna dan dapat di pahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya .lebih jauh dari pada itu ,paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan sehingga menjadi lebih hidup,dinamis dan enerjik sehingga pembaca menjadi penuh semangat .artinya, paragraf mempunyai fungsi srtrategis dalam menjembatani gagasan penulis dan peembacanya.dibawah ini dapat di uraikan secara singkat mengenai fungsi menulis :
1. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan member bentuk suara pikiran dan perasaan kedalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan .
2. Menandai peralihan(pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf ,ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3. Memudahkan mengorganisasikan gagasan bagi penulis,dan memudahkan pemahaman bagi pembaca .
4. Memudahkan pengembangan topok karangan ke dalam satuan -satuan unit pikiran yang lebih kecil,dan
5. Memudahkan pengendalian pariabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa pariabel.
Karangan yang terdiri dari beberapa paraggraf masing-masing berisi pikiran-pikiran utama dan di ikuti oleh sub-sub pikiran penjelas ,sebuah paragraf belum cukup untuk mengujudkan keseluruhan karangan meskipun begitu sebuah paragraf sudah merupakan satu sajian inpormasi yang utuh ada kalanya sebuah karangan hanya terdiri dari satu paragraf karena karangan itu hanya berisi satu pikiran .
Untuk mengujudkan satu kesatuan pikiran sebuah paraagraf yang terdiri dari satu satu pikiran utama dan beberapa pikiran pengembang dapat kita polakan sebagai berikut: pikiran utama ,beberapa pikiran pengembang, pikiran penjelas ,atau pikiran pendukung.
Pikiran pikiran pengembang dapat di bedakan kedudukanya sebagai pikiran pendukung dan pikiran penjelas,sebuah pikiran utama akan di kembangkan dengan beberapa pikiran pendukung dan tia pikiran pendukung akan di kembangkan denagn beberapa pikiran penjelas .

2.1.2.3 Jenis-Jenis Paragraf

Widjono hs (2007:190-195) kita dapat berbicara tentang paraagraf dari berbagai sudut pandang (1). Sudut pandang dari segi isi atau pikiran yang di kemukakan (paragraf narasi,paragraf eksposisi,paragraf argumentasi) atau (2). Sudut pandang penalaran (paragraf induksi,paragraf deduksi,paragraf induksi -deduksi) atau (3). Sudut pandang tempat dan pungsinya di dalam karangan (paragraf pengantar,paragraf pengembang,paragraf penutup) seluruh jenis paragraf tersebut harus anda kuasai dengan baik . pada bagian ini kita akan membahas jenis paragraf menurut pungsinya dalam karangan .
A. Paragraf Pengantar

Tamu harus mengetuk pintu rumah agar tuan rumah membukakan pintu baginya . pengarang ingin “bertamu” ke “rumah” pembaca. Pengarang harus mengetuk pintu hati pembaca agar dapat di bukakan pintu hatinya .mengetuk pintu dan mengucapkan sepada bila akan bertamu kepada pembaca berfungsi sebagi pengantar . dalam paragraf pengatar di sini berfungsi untuk memberitahukan latar belakang ,tujuan , dan anggapan dasar . pengantar yang baik akan berhasil mengetuk hati dan memperoleh simpati, menggugah gairah, dan minat oranglain untuk mengetahui lebih banyak. Adapun fungsi paragraf pengantar yaitu ;
a. Menunjukkan pokok persoalan yang mendasari masalah.
b. Menarik minat pembaca dengan mengungkapkan latar belakang pentingnya pemecahan masalah.
c. Mengatakan tsis yaitu ide sentral karangan yang akan di bahas
d. Menyatakan pendirian (peryataan maksud ) bagai mana persiapan kearah pendirian selengkapnya sampai dengan akhir karangan .

B. Paragraf Pengembang

Paragraf pengembang yaitu paragraph yang berpungsi menerangkan atau menguraikan segala pokok karagan . fungsi dari paragraf pengembang ini adalah:
a. Menguraikan,mendeskrifsikan,membandingkan,menghubungkan,menjelaskan,atau menerangkan .
Kata-kata yang lasim di gunakan : mengidentifikasi,menganalisis,detail,
b. Menolak konsep:alasan ,argumentasi, (pembuktian),contoh,alasan,fakta,rincian,menyajikan dukungan
c. Mendukung konsep :argument,argumentasi ,contoh ,alasan, fakta,rincian.kata-kata yang lazim di gunakan : tambahan pula,lebih jauh,sejalan dengan hal itu,sesungguhnya sesuai dngan ,seimbang dengan ,pertimbangan lain .
C. Paragraf Peralihan

Paragraf peralihan yaitu paragraf penghubung yang terletak di antara paragraf penghubung yang terletak di antara dua paragraf utama .paragraf ini relatip pendek .yang berfungsi sebagai penghubung antar paragraf utama ,memudahkan pikiran pembaca beralih ke gagasan lain dalan menulis .
D. Paragraph Penutup
Selesai berkomunikasi dan menyampaikan gagasan ,kita perlu meningalkan kesan yang kuat dan mendalam . kita harapkan pembaca mengenang kesan tersebut .dalam berkomunikasi dengan pembaca kita berhaharap agar komunikasi tidak sebatas dengan membaca tapi daya guna yang besar dan kesan yang kuat pula. Oleh karena itu .paragraf pengantar dan paragraf penutup perlu di perhatikan sunguh-sunguh oleh penulis karena kerap kali pembaca terlebih dahulu hanya membaca ke dua jenis pargraf itu untuk mencari dan mengetahui sesuatu . adapun fungsi dari paragraf penutup ini adalah :
1. Sebagi penutup,menyatakan bahwa karangan telah selesai .komunikasi melalui karangan yang telah di bacanyua telah di tutup ,namun semangat yang besar dan segar di harapkan terus berlanjut.
2. Mengingatkan(menegaskan)kepada pembaca akan pentingnaya pokok pembahasan .
3. Memuaskan pembaca untuk mendapat pandangan baru
4. Menyajikan simpulan .

2.1.3 Pengerian Argumentasi
Dalam suatu kegiatan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat pendirian atau gagasan .perlu di adakan suatu argumen untuk saling mempertahankan atau menolak alasan masing- masing.
Suparman Herusantoso(1988:1.12) argumentasi adalah suatu ragam wacana yang di maksudkan untuk menyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang di sampaikan oleh penulisnya .karena tujuanya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca maka penulis akan menyajikan secara logis ,kritis ,dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan keebenaran yang disampaikan sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis .
Dalam kamus belanda -Indonesia (wojowasito,2001:45) istilah argument di artikan bukti sanggahan ,alasan ,pembatasan ,dan argumentatif,di artikan sebagai hal memberikan alasan dengan cara tertentu ,debat,pembahasan .dalam kamus inggris-indonesia ditemukan istilah argumen yang di berikan arti alasan,perdebatan,bukti,pembantahan ,dan argumentation di berikan arti sebagai pemberian alasan dengan cara tertentu ,debat,pembahasan . dalam kamus bahasa Indonesia argumen di artikan sebagai alasan berupa uraian penjelasan dan argumentasi di artikan sebagai pemberian alasan yang di uraikan secara jelas untuk memperkuat suatu pendapat.
Dari pengertian-pengertian di atas ,dapat di simpulkan pengertian argumentasi di artikan sebagai mengajukan alasan berupa uraian penjelasan yang di uraikan secara jelas ,berupa serangkaian pernyataan yang secara logis berkaitan dengan pernyataan berikutnya yang di sebut dengan konklusi , untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat,pendirian atau gagasan .

2.1.4 Hakekat Media
2.1.4.1 Pengertian Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan .menurut bovee dalam bukunya (hujar AH sanaky(2009:3) media pembelajaran adalah sebuah alat yang berpungsi dan di gunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran .pembelajaran adalah proses komunikasi antar pembelajar ,pengajar ,dan bahan ajar .dapat di katakana bahwa ,bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan .bentuk-bentuk stimulus dapat dapat di pergunakan sebagai media,di antaranya adalah hubungan atau intraksi manusia ,realitas,gambar bergerak atau tidak ,tulisan dan suara yang di rekam . maka dengan kelima bentuk stimulus ini ,akan membantu pembelajar mempelajari bahan pelajaran .atau,dapat di simpulkan bentuk-bentuk stimulus yang dapat di pergunakan sebagai media pembelajaran adalah suara,lihat,dan gerak.
Banyak pengertian atau batasan yang di kemukakan oleh para ahli tentang media diantaranya adalah:
Asosiasi teknologi dan komunikasi pendidikan association of education and communicatiaon technology(AECT) di amerika ,membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang di gunakan orang untuk menyalurkan pesan atau inpormasi . national education association(NEA) mengatakan bahwa “media” adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio-visual serta peralatanya .
Gagne mengatakan dalam bukunya (hujair AH.sanaky,2009:3) mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar .begitu juga briggs(1970) mengatakan media adalah segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar. Y ,miarso mengatakan media adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk merangsang pikiran ,perasaan ,perhatian dan kemajuan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar terhadap diri pembelajarnya .
Dari pengertian di atas ,dapat di simpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat di gunakan sebagi peraantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan pengajaran .dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran adalah alat,metode dan teknik yang diguunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan intraksi atara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran dikelas.

2.1.4.2 Tujuan Dan Mampaat Media Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai media alat bantu pembelajaran, adalah sebagai berikut:
a. Mempermudah proses belajar di kelas
b. Meningkatkan efesiensi proses pembelajaran
c. Menjaga relepansi antar materi pelajaran dengan tujuan belajar,dan
d. Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran

2 Maampaat Media Pembelajaran
Mampaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. pelajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motipasi belajar
b. bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya ,dapat lebih di pahami pembelajar ,serta memungkinkan pembelajar menguiasai tujuan pengajaran dengan baik .
c. metode pembelajaran berpariasi ,tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar ,pembelajar tidak konsen ,dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
d. pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar ,sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja,tetapi juga aktivitas lain yang di lakukan seperti: mengmati,melakukan, mendemontrasikan ,dan lain-lain
a. Mampaat media pembelajaran bagi pengajar yaitu:
- Memberikan pedoman ,arah untuk penetapan tujuan
- Menjelaskan struktur danurutan pengajaran secara baik ,
- Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik ,
- Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran ,
- Membantu kecermatan ,ketelitian dalam menyajikan meteri pelajaran ,
- Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar,dan
- Meningkatkan kualitas pengajaran
b. Mampaat media pembelajaran bagi pembelajar ,yaitu:
- Meningkatkan motivasi belajar pembelajar
- Memberikan dan meningkatkan pariasi belajar mengajar,
- Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar
- Memberikan inti inpormasi ,pokok-pokok,secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar ,
- Merangsang pembelajar untuk berpikir dan ber analisis,
- Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan ,dan
- Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang di sajikan pengajar lewat media pembelajaran .

3. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran berpungsi untuk merangsang pembelajar dengan :
a. Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langka
b. Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya ,
c. Membuat konsep abstrak ke konsep konkrit,
d. Member kesamaan persepsi,
e. Mengatasi hambatan waktu ,tempat,jumlah,dan jarak
f. Menyajikan ulang impormasi secara konsisten ,dan
g. Memberi suasana belajar yang tidak tertekan ,santai ,dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran .
Selain pungsi di atas ,livie dan lentz dalam bukunya hujair AH sanaky(2009:6-7) mengemukakan emppat fungsi media pembelajaran yang khususnya pada media visual,yaitu fungsi etensi ,fungsi efektif ,fungsi kognitif,dan fungsi konpensatoris.masing-masing fungsi tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Fungsi etensi berarti media visual merupakan inti ,menarik,dan mengarahkan perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang di tampilkan atau menyertai teks materi pelajaran
2. Fungsi efektif maksudnya, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan pembelajar ketika belajar membaca teks bergambar. Lambing atau gambar pisual akan dapat menggugah emosi dan sikap pembelajar .
3. Fungsi kognitif bermakna medi pisual mengungkapkan bahwaa lambaang visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mendengar impormasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi konfesatoris artinya media visual memberikan konteks untuk memahami teks membantu pembelajar yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan menginggatkanya kembali.
Dalam empat fungsi media visual ,dapat dikatakan bahwa belajar dari pesan visual memerlukan ketrampilan tersendiri ,karena melihat pesan visual tidak dengan sendirinya akan mudah memahami atau mampu belajar. Pembelajar harus di bimbing dalam menerima atau menyimak pesan visual secara tepat misalnya , kita meminta kepada pembelajar untuk menterjemahkan suatu gambar visual dalam bentuk draf,tentu saja pengajar akan mendapatkan jawaban yang berbeda dari masing pembelajar .katakan saja, seorang pembelajar yang terbiasa dengan gambar sketsa,maka secara kognitif dan efektif akan menterjemahkan gambar tersebut dengan baik. Tetapi bagi siswa yang belum terbiasa atau kurang memiliki pengetahuan tentang gambar sketsa ,akan menterjemahkan dengan menggunakan perkiraan saja.

4. Ciri Umum Media Pembelajaran
Media pembelajaran identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga yaitu suatu bentuk yang dapat di raba ,di lihat ,di dengar ,di amati melalui pancaindra ,hujair AH sanaky(2009:39) .tekanan utama media adakalah terletak pada benda atau hal-hal yang di lihat ,di dengar ,dan di raba .media pembelajaran di gunakan dalam hubungan (komunikasi) dalam peruses pembelajaran antara pengajar dan pembelajar .media pembelajaran adalah semacam alat bantu dalam proses pembelajaran,baik di kelas atau di luar kelas .dalam pengertian lain, media pembelajaran merupakan suatu perantara (medium,media) dan di gunakan dalam rangka pendidikan dan pengajaran . dengan demikian, media pembelajaran mengandung aspek alat dan teknik yang sangat erat kaitanya dengan metode pembelajaran .
dari cirri-ciri yang di kemukakan di atas ,dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan media pembelajaran sarana, metode ,teknik,untuk lebih mengefektipkan intraksi dan komunikasi antar pengajar dengan pembelajar dalam pembelajaran di kelas,jadi media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan ,dan menurut bovee dalam bukunya hujair AH sanaky(2009:40) media pembelajaran adalah sebuah alat yang berpungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran .sedangkan pembelajaran dalah proses komunikasi antar pembelajar,pengajar, dan bahan ajar.komunikasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada bantuan sarana penyampain pesan atau yang di sebut dengan media .

2.1.5 Pengertian Karikatur
Totok Djuroto(2000:82)karikatur (caricature/cartoon) adalah bagian dari opini penerbit yang di tuangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus.semula karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka .tetapi perkembangan selanjutnya,karikatur di jadikan sarana untuk penyampaian keritik yang sehat.dikatakan kritik sehat karena penyampaina di lakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik.
Heru Dwi Waluyanto(2000:128) karikatur merupakan salah satu bentuk karya komunikasi visual yang efektif dalam penyampaian pesan ritik social .dalam karikatur yang baik terdapat perpaduan unsur-unsur kecerdasan,ketajaman dan ketepatan berpikir kritis serta ekspresip dalam menangapi penomena kehidupan masiarakat keritik sosial tersebut di kemas secara humoris.
Dari pengertian karikatur di atas dapat di simpulkan bahwa karikatur adalah suatu bentuk kritikan yang mengutamakan gambar sebagi alat mengkritisi sesuatu dan di pertajam dengan melebih-lebihkan dan bersipat humoris .

2.1.5.1 Karikatur Sebagai Media Komunikasi Visual

Karikatur merupakan salah satu bentuk karya komunikasi visual yang efektif dan
mengena dalam penyampaian pesan maupun kritik sosial. Dalam sebuah karikatur yang
baik terlihat adanya perpaduan antara unsur-unsur kecerdasan, ketajaman dan ketepatan
berpikir secara kritis serta ekspresif dalam bentuk gambar kartun dalam menanggapi
fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas.
Menurut Wilbur Schramm di dalam bukunya “The Process and Effects of Mass
Communication”, menjelaskan 4 syarat untuk komunikasi yang berhasil, yaitu :
1. Pesan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga ia dapat menimbulkan perhatian.
2. Pesan harus dirumuskan sebegitu rupa, sehingga ia mencakup pengertian yang sama
dan lambang-lambang yang dimengerti.
3. Pesan harus dapat menimbulkan kebutuhan pribadi dan menyarankan bagaimana
kebutuhan itu dapat dipenuhi.
4. Pesan tadi yang bagaimana kebutuhan dapat dipenuhi harus sesuai dengan situasi
penerima komunikasi ketika itu.
Pendapat di atas mengandung pengertian betapa pentingnya sebuah komunikasi
dalam kehidupan manusia . Pekerjaan komunikasi di dalam pengertian hubungan
masyarakat melibatkan usaha mengirimkan atau meyampaikan pesan yang berupa
lambang, bahasa lisan, tertulis, atau gambar dari sumber kepada khalayak dengan
mempergunakan satu atau beberapa media sebagai saluran dari pesan atau lambang tadi,
(misalnya surat kabar, majalah, buku, brosur, surat ataupun lisan), tujuannya untuk
mempengaruhi pendapat atau sikap dan tindakan orang-orang yang menerima pesan itu
tadi.
Orang atau masyarakat lebih menyukai informasi bergambar jika dibandingkan
dengan yang berbentuk tulisan, karena melihat gambar jauh lebih mudah dan sederhana.
Dengan kata lain media gambar merupakan metode yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman, walau gambar tidak disertai dengan tulisan sekalipun. Gambar berdiri sendiri dan selalu memiliki subyek yang mudah dipahami, sebagai simbol yang jelas dan mudah di kenal








BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi dalam penelitian tindakan kelas ini mempunyai peranan sangat penting metodo tersebut akan memberikan arahan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian .karena ,metode adalah alat untuk mencapai tujuan . kesalahan di dalam memilih metode dalam penelitian akan membawa penyimpangan dalam hal penelitian .
Menurut Netra (1974:1) Metodo adalah langkah yang harus di tempuh oleh peneliti untuk mencapai tujuan .disamping itu metode juga di artikan sebagai cara yang teratur dan berpikir baik untuk mencapai suatu maksud dan tujuan . dengan demikian dalam bab ini di sajikan metodologi penelitian menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur yang meliputi: (1) setting penelitian,(2) persiapan penelitian tindakan kelas,(3) subjek penelitian ,(4)objek penelitian,(5) sumber data,(6)metode pengumpulan data,(7) indikator kinerja,(8) metode pengolahan data ,(9) prosudur penelitian .

3.1 Setting Penelitian
Setting di dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi:(1)tempat penelitian,(2)waktu penelitian ,dan (3) siklus penelitian tindakan kelas yang di jabarkan sebagai beriku
3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini di laksanakan di SMA.N. 1 Petang,Badung. Yang berlokasi di jalan Bedugul kecapatan Petang kabupaten Badung propensi Bali .dan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas xA tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa sebanyak 31terdiri dari16 Laki-laki dan 15 perempuan
Pemilihan sekolah ini menjadi sasaran penelitian guna bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah Negeri 1 Petang tempat peneliti mengajar.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini di laksanakan pada pertengahan tahun ajaran 2010/2011 yaitu pada bulan agustuss sampai dengan desember 2010.

3.1.3 Siklus Ptk
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif, dilakukan oleh pelaku tindakan (guru), dan dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran (Depdiknas 2004:7). Penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II,
Tindakan dalam penelitian ini, rencananya akan dilakukan dalam dua siklus. Siklus I yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi merupakan awal kegiatan penelitian untuk mengetahui kondisi awal siswa mengenai kemampuan siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf argumentasi denganmedia karikatur Dengan adanya refleksi yang meliputi analisis dan penilaian pada proses tindakan pada siklus I, akan muncul penilaian baru guna mengatasi permasalahan tersebut sehingga memerlukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, dan refleksi ulang pada siklus II.
Siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan menulis paragraf deskripsi siswa, kemudian dipakai sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis paragraf argumentasi melalui media karikatur setelah dilakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I.
3.2 Persiapan PTK

Sebelum penelitian tindakan kelas di lakukan maka perlu di buat beberapa input instrument yang akan di gunakan untuk member perlakuan terhadap guru dan siswa . persiapan yang akan di lakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1. Membuat RPP yang akan di jadikan penelitian tindakan kelas dengan mengacu:
Standar kopetensi :Menulis Wacana yang bercorak naratif,deskriftif,ekspositoris,dan argumentasi
kopetensi dasar :Menyusun argumentasi dengan tujuan untuk meyakinkann
Pembaca tentang suatu pristiwa kerja agar menerima suatu si
kap dan opini secara logios.

3.3 Subjek Penelitian

Sesuai dengan apa yang telah di uraikan dalam bagian latar belakang masalah di awal bahwa subjek penelitian ini adalah siswa kelas xa SMA 1 Petang ,Badung . mengapa kelas ini menjadi target penelitian tindakan karena di antara kelas paralel lainya kelas inilah yang tergolong hasil belajarnya paling rendah terutama dalam kopetensi dasar menulis kususnya menulis paragraf argumentasi. Hal ini dapat di lihat dari tes awal yang menunjukkan bahwa dari 31 siswa hanya 10 siswa yang mendapat nilai di atas 6,5 sedangkan kreteria ketuntasan minimalnya adalah 6,5,berarti 45% siswa belum tuntas dalam kopetensi dasar menulis paragraf.
Maka dengan demikian di ambil keputusan bahwa diadakanya penelitian tindakan di kelas yang bersangkuta agar dapat menemukan tindakan yang tepat dalam kegiatan pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan media karikatur.

3.4 Objek Penelitian

Ojek dari penelitian tindakan kelas ini adalah media karikatur yang di maksudkan di sini adalah setelah siswa dapat mengidentipikasikan atau mengamati karikatur tersebut siswa dapat: (1) menulis paragraf argumentasi dengan tema dari karikatur tersebut.(2) menapsirkan pesan atau kritikan yang di sampaikan oleh karikatur tersebut.

3.5 Sumber Data

Sumber data adalah sumber yang bias memberikan data-data yang bias membantu berlangsungnya penelitian tindakan kelas tersebut.sumber data yang dapat di pilih dalam penelitian kelas ini adalah bersumber dari: (1) siswa,(2) guru,(3) teman sejawat.

3.5.1 Siswa

Untuk mendapat data tentang hasil belajar dan aktipitas siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung.

3.5.2 Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran media karikatur dalam meningkatkan hasil menulis pargraf argumentasi siswa dalam proses belajar mengajar.
3.5.3 Teman Sejawat

Teman sejawat dimaksidkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi penelitian tindakan kelas secara komprehensif, baik dari sisi siswa atau guru.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode yang khusus di gunakan untuk mengumpulkan data .sebenarnya banyak alat -alat yang di gnakan dalam pengumpulan data,akan tetapi untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan peneliti maka metode yang di pergunakan harus tepat.
Pengambilan data dalam penelitian ini di lakukan dengan teknik penilaian hasil ulangan harian sebagai data kuantitatif sedangkan pengambilan data dengan menggunakan teknik observasi dan angket untuk data kualitatif
Data untuk keperluan analisis data kuantitatif di peroleh dari penilaian tes menulis paragrapf argumentasi dilakukan tiga kali penilaian terhadap materi pembelajaran menulis paragraf argumentasi yaitu pada tes awal,siklus I,dan siklus II. Untuk keperluan data kualitatif di peroleh dari kegiatan pengamatan ,wawancara,dan angket.
Selanjutnya Obserpasi dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh gambaran secara objektif serta mengamati sikap siswa selama tindakan penelitian di lakukan .sedangkan ,angket ini bertujuan untukk. Mengungkapkan tanggapan balik siswa dan dampak dari aktipitas tindakan .
Instrument yang di gunakan dalam mengumpulkan data menulis paragraf argumentasi adalah :
1. pengamatan atau observasi
2. wawancara
3. angket atau koesioner
4. tes
5. diskusi
1. tes
Menurut kunandar (2008:186) tes adalah sejumlah pertanyaan yang di sampaikan pada orang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek pisikologis di dalam dirinya .
Ditinjau dari sudut pandangnya ,nurkancana dan sumartana (1986:24-41) menyatakan bahwa tes dapat di bedakan atas beberapa jenis yang di jelaskan sebagai berikut:
a. Berdasarkan atas jumlah peserta atau pengikut tes maka tes dapat di bedakan atas dua jenis ,(1) tes individual yaitu suatu tes, dimana pada saat tes itu di berikan , kita hanya mengadapi satu orang anak saja dan (2) tes kelompok yaitu suatu tes, dimana pada saat tes itu di berikan ,kita menghadapi sekelompok anak
b. Berdasarkan dari segi penyusunanya, tes dapat di bedakan atas tiga jenis :(1) tes buatan sendiri yaiti tes yang di susun sendiri ,(2) tes buatan orang lain yaitu suatu tes yang tidak di standarisasikan ,dimana tes yang di gunakan adalah tes-tes yang di buat oleh oranglain yang di anggap cukup baik,dan(3) tes standar atau tes yang telah di standarisasikan yaitu tes-tes yang cukup valid dan reliable berdasarkan atas percobaan-percobaan terhadap sempel yang cukup luas dan representative.
c. Berdasarkan dari bentuk jawaban dan respon ,maka tes dibedakan menjadi dua jenis : (1) tes tindakan yaitu suatu tes ,dimana jawaban atau respon yang di berikan oleh anak itu berbentuk tingkah laku sesuai dengan perintah atau pertanyaan yang di berikan ,dan(2) tes verbal yaitu suatu tes , dimana jawaban atau respon yang di berikan oleh anak berbentuk bahasa ,baik bahasa lisan atau bahasa tulis sesuai dengan pertanyaan atau perintah ayng di berikan
d. Berdasarkan dari bentuk pertanyaan yang di berikan ,tes dapat di lakukan atas dua jenis (1) tes objektif yaitu suatu tes yang terdiri dari item-item yang dapat di jawab dengan cara memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau symbol ,dan(2) tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu bentuk pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relatif panjang
2. wawancara
Selanjutnya dengan mengunakan metode wawancara sementara itu menurut Hopkins dalam bukunya kunandar (2008:157) wawancara adalah suatu cara yang di lakukan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas di lihaat dari sudut pandang yang lain.dan instrument yang di gunakan untu mengumpulkan data pelaksanaan tindakan yang di rencanakan adalah observasi.
3. observasi
Obserpasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran , selanjutnya instrument yang di gunakan untuk mengumpulkan data mengenai tanggapan balik siswa dan dampak dari aktifitas tindakan selama proses berlangsung adalah lembar angket.

4. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data melalui polmulir-pormulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan secara tertulis .dan selanjutnya dengan mengunakan metode diskusi.
5. Diskusi
Diskusi disisni dimaksudkan adalah seorang peneliti di dalam memperoleh data harus mengadakan diskusi baik dengan pihak guru,temen sejawat, dan kolaborator

3.7 Indikator Kinerja

Kunandar (2008:127) indikator kinerja adalah suatu kreteria yang di gunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu proses belajar mengajar,indikator kinerja yang di peroleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berupa indikator kinerja guru dan indikator kinerja siswa .

3.7.1 Guru
Indikator yang di peroleh guru berupa:
1. Dokumentasi : kehadiran siswa
2. Observasi : hasil observasi
3.7.2. Siswa
Indikator kinerja yang di peroleh oleh siswa berupa:
1. Tes : hasil evaluasi kemampuan menulis paragraph argumentasi
2. Observasi : keaktipan siswa dalam proses belajar menulis paragraf argumentasi

3.8 Metode Pengolahan Data

Setelah data di kumpulkan ,maka di lakukan pengolahan ,untuk mengolah data tersebut di lakukan metode statistik deskriftif dan metode kualitatif.
Suharsini arikunto(1993:25) metode deskriftif adalah metode yang di pakai apabila menjelaskan atau menerangkan pristiwa untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana ,berapa banyak ,sejauh mana , dan sebagainya .
Nurulzuriah (2005:217) mengatakan analisis data kualitatif adalah proses pelacakan atau pengaturan secara sistematis transkip wawancara ,catatan lapangan ,dan bahan-bahan lain yang di kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat di interprentasikan temuanya terhadap orang lain .
Pengolahan hasil belajar tersebut dapat di peroleh dari (1) hasil belajar ,(2) aktipitas siswa ,(3) pelaksanaan pembelajaran dengan media karikatur.
3.8.1 Hasil Belajar

Dalam hal ini hasil belajar merupakan hasil pelaksanaan tindakan yang di tetapkan atau yang memberikan perbaikan terhadap hasil pembelajaran menulis paragraf argumentasi siswa .dengan demikian hasil yang di peroleh tersebut akan di analisis melalui teknik deskriftif –kualitatif.
Berdasarkan hasil yang di peroleh siswa di dalam menulis paragraf argumentasi,maka dalam penelitian tindakan kelas ini mengunakan sekala seratus yang berangkat dari 0-100.langkah-langkah yang di tempuh dalam menganalisis hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
1. Mencari sekor rata-rata
2. Menentukan predikat kemampuan siswa
3. Membuat pedoman konvensi

3.8.1.1 Mencari Sekor Rata-Rata
Mencari sekor rata-rata adalah langkah yang harus di tempuh untuk mengetahui kemampuan siswa secara umum siswa kelas Xa sma N. 1. Petang ,Badung tahun pelajaran 2010/2011 dalam menulis paragraf argumentasi kemampuan ini dapat dilihat dari sekor rata-rata yang di peroleh oleh siswa ,untuk mencari sekor rata-rata siswa maka di gunakan rumus sebagai berikut.


Keterangan :
M = Mean (skor rata-rata)
∑fx = Jumlah hasil dengan frekuensi
N = jumlah individu
(Nurkancana dan Sunarta ,1986:151-152)
3.8.1.2 Membuat Pedoman Konvensi

Setelah masing- masing siklus di laksanakan lembar jawaban siswa akan di lanjutkan dengan tahap pemeriksaan , untuk kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa dilakukan dengan dua tahap .tahap pertama yaitu pensekoran di dasarkan kesesuaian jawaban siswa atas pertanyaan yang menyangkut paragraf dan karikatur dan kemudian di lanjutkan dengan mengubah sekor mentah menjadi sekor setandar dan membuat pedoman konvensi. Sedangkan tahap ke dua pensekoran di dasarkan atas kemampuan siswa menuliskan dan mengidentipikasikan unsur-unsur paragra dan karikaatur dan di lanjutkan dengan mengubah sekor mentah menjadi sekor standar dengan membuat pedoman konvensi .
Selanjutnya sekor standar yang di peroleh dari menjawab pertanyaan terkait karikatur dan paragraf begitu juga kemampuan menuliskan atau mengidentipikasi unsur-unsur karikatur di gabungkan menjadi satu dan di buat rata-rata .rata-rata sekor standar yang di peroleh oleh siswa itulah yang di maksud hasil kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa .
Dalam memkonvekan sekor mentah menjadi sekor standar di dalam pensekoran menjawab pertanyaan terkait karikatur dan paragraf maka di gunakan norma absolute sekala seratus ,di pergunakan rumus sebagai berikut:



Keterangan:

P = persentil

X = skor yang di capai
SMI = skor maksimal ideal. (Gunarta,2006:74)

Dalam pemberian sekor tiap soal telah di tentukan sekor tertinggi 4 dan terendah 0 dan untuk mempermudah pensekoran maka di gunakan table sebagai berikut:
Table 3.1 tes I (Menjawab pertanyaan terkait karikatur dan paragraf)








Selanjuutnya di dalam menkonvensikan sekor mentah menjadi sekor standar di dalam pensekoran menuliskan dan mengidentipikasikan unsur karikatur dan paragraf ,untuk menuliskan dan mengidentipikasikan unsur karikatur dan paragraf ada beberapa hal yang harus di perhatikan :
1. Menapsirkan pesan yang di sampaikan karikatur lewat paragraf
2. Kesesuaian antar kalimat
3. Pengunaan bahas
4. Pengunaan tanda baca
Adapun pemberian sekor ke empat aspek tersebut di atas maka di gunakan sekala liker seperti table di bawah ini :
Table 3.2 Sekala liker untuk menuliskan dan mengidentipikasikan unsure paragraF dan karikatur



















Berdasarkan pemerolehan table di atas ,maka di buat pedoman konvensi dengan mengunakan norma absolute sekala seratus dengan menggunakan rumus:


Keterangan :
P = persentil
X = skor yang dicapai
Smi = skot maksimal ideal
Untuk memudahkan penghitungan skor yang menggunakan sekala liker maka di gunakan table sebagai berikut:
Table 3.3 tes II Menuliskan dan mengidentipikasi unsur-unsur karikatur
















Selanjutnya , setelah skor standar dari hasil menjawab pertanyaan dan menuliskan atau mengidentipikasikan unsur karikatur sudah di peroleh maka tahap trakhir yaitu menggabungkan hasil skor standar tersebut maka dari hasil itulah yang di sebut hasil kemampuan siswa SMA .N.1. petang ,badung kelas Xa di dalam menulis paragraf argumentasi .
Dalam mencapai hasil nilai kemampuan menulis paragraph argumentasi maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut:




Keterangan:

M = mean(nilai rata-rata)
Fx = jumlah nilai
N = jumlah objek peneliti
Untuk memudahkan memprediksi tingkat kemempuan siswa di dalam menulis paragraf argumentasi maka dapat menggunakan table sebagai berikut:
Table 3.4 nilai kemampuan menulis paragraph argumentasi(tes I dan tes II)





















3.8.1.2.1 Menentukan Kretria Predikat Kemampuan Siswa


Untuk menentukan predikat kemampuan siswa dalam menulis paragraf arumentasi,digunakan predikat untuk kemampuan siswa tingkat SMA pada table 3.5 berikut ini.

Table 3.5 kreteria predikat kemampuan siswa .














(Kurikulum 2004:27)


3.8.2 Aktivitas Siswa


Untuk menganalisis tingkat ke aktipan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia khususnya menulis paragraf argumentasi,peneliti melakukan aktipitas siswa dalam kelompok dalam hal sebagai berikut: (a) minat,(b) perhatian,(c) partisipasi,dan (d) ketuntasan kelompok dalam melaksanakan tugas bersama dan dalam hal ini maka di gunakan table sebagai berikut:


Table 3.6 aktipitas kelompok.

















Keterangan :

5. = sangat baik.

4. = baik

3 = cukup

2 = kurang

1 = sangat kurang



Untuk mengetahui sekor aktifitas kelompok siswa dalam proses belajar mengajar menulis khususnya menulis paragraf argumentasi dalam tiap siklusnya menggunakan rumus sebagai berikut:





Keterangan:

P = Persentil

X = Skor yang di capai

SMI = Skor maksimal ideal


Dari hasil analisis tersebut dapat di katagorikan prolehan nilai dengan predikat,sangat tinggi,tinggi, cukuip,rendah ,dan sangat rendah.

















3.3.3 Aktifitas guru

Untuk meenganalisis tingkat ke aktifan guru dalam memberikan pelajaran menulis paragraph argumentasi dengan media karikatur, dilakukan analisis terhadap aktivitas guru .adapun aktivitas guru yang di analisis meliputi: (1) apresiasi,(2) penjelasan materi,(3) penjelasan media karikatur dalam pembelajaran menulis paragraph argumentasi,(4) teknik pembagian kelompok,(5) pengelolaan kegiatan diskusi,(6) pemberian pertanyaan atau kuis,(7) kemampuan melakukan evaluasi,(8) memberikaqn penghargaan,(menentukan nilai individu dan kelompok,(10) menyimpulkan materi pembelajaran,dan (11) menutup pembelajaran. Analisis aktivitas guru dilakukan menggunakan table di bawah ini:
Table 3.8 aktivitas guru dalam proses blajar mengajar






























Berdasarkan


Table di atas, dapat di tentukan skor standar aktivitas guru dalam proses belajar mengajar menulia paragraf argumentasi dengan metode karikatur




Keterangan :

P = persentil
X = skor yang di capai
SMI = skor maksimal ideal

Setelah diperoleh skor standar aktivitas akan di katagorikan dalam klasifikasi sangat tinggi,tinggi,cukup tinggi(sedang),rendah,dan sangat rendah
































3.8.4 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Paragraph Argumentasi Dengan Media Karikatur



Untuk menganalisis tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan menggunakan media karikatur ,peneliti melakukan analisis berdasarkan hasil tes dan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar .untuk di lakukan analisis digunakan rumus sebagai berikut:


Keterangan :

M = Mean (nilai rata-rata)
Fx = Jumlah nilai
N = Jumlah sempel peneliti

Setelah di proleh hasil nilai rata-rata maka dapat di klasipikasikan dengan predikat sangat berhasil, berhasil. Cukup berhasil , kurang berhasil dan,tidak berhasil.















Contoh:

Pada siklis I diperoleh skor standar hasil tes siswa 77 skor standar aktivitas siswa 80 maka tingkat keberhasilan pembelajaran menulis paragraph argumentasi dengan media karikatur adalah:









3.9 prosudur penelitian


Menurut Kurt Lewin dalam kunandar (2008:42) Penelitian tindakan kelas adalah suatu rangkayan tindakan penelitian yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,tindakan ,pengamatan dan refleksi . dalam prosudur penelitian tindakan kelas ini akan di bahas mengenai prosudur (a) penelitian awal,(b)siklus I ,dan (c) siklus II

3.9.1 Penelitian Awal

Penelitian kelas di awali dengan proses belajar mengajar tanpa menggunakan media karikatur dalam pembelajaran menulis paragraf khususnya paragraph argumentasi ,penelitian awal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis paragraf argumentasi dan sebagai titik tolak penelitian dan perbandingan terhadap hasil yang di peroleh setelah menggunakan media karikatur dalam pembelajaran menulis paragraf khususnya paragraph argumentasi .
Dalam penelitian tes awal ini kita harus membuat perencanaan pembelajaran yang berupa (RPP).(lampiran .1) yang nantinya akan dipakaai acuan di dalam proses belajar mengajar khususnya pembelajaran menulis paragraf argumentasi,dan selanjutnya akan di lanjutkan dengan pengolahan data dari tes awal tersebut dari hasil tes awal yang di peroleh dalam penelitian tindakan sesuai dengan apa yang di kemukakan dalam latar beelakang penelitian ini maka perlu di adakan perbaikan karena siswa belum optimal di dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia khususnya menulis paragraf argumentasi ,dan dari hasil penelitian awal berdasarkan hasil tes menjawab pertanyaan diperoleh skor standar keseluruhan dari 31 siswa yaitu 1559 berdasarkan hasil tes awal menjawab pertanyaan dapat di simpulkan bahwa kemampuan menulis paragraph argumentasi dengan menjawab pertanyaan tergolong katagori kurang hal ini di tunjukkan dengan skor perolehan rata-rata mencapai 50.30 sedangkan ketuntasan klasikal tergolong sangat kurang karena telah mencapai6.45% (lampiran 2)
Sementara pada tes II yaitu tes menuliskan dan mengidentifikasi unsure paragraf dan karikatur dari 31 siswa diproleh skor standar 2050 berdasarkan hasil tes II di simpulkan bahwa kemampuan menulis paragraph argumentsi siswa dengan menuliskan dan mengidentifikasi unsur paragraf dan karikatur tergolong katagori cukup ,hal ini di tunjukkan oleh perolehan rata-rata mencapai 66.13 sedangkan ketuntasan klasikal tergolong sangat kurang hal ini di tunjukan ketuntasan klasikal hanya mencapai6.45%.(lampiran 3)
Selanjutnya untuk memperoleh hasil kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa pada tes awal ini yaitu berdasarkan penggabungan hasil tes I dan tes II.
Dari jumlah rata-rata sekor standar menjawab pertanyaan dan menuliskan paragraph diperoleh hasil 1570 dan dari hasil penggabungan ke dua tes tersebut maka di proleh nilai rata-rata 50.65
Sedangkan ketuntasan individu 2 orang dan ketuntasan klasikal 6.45%, berdasarkan hasil tes awal dapat di simpulkan bahwa hasil menulis paragraf argumentasi siswa SMA.1.Petang,Badung tergolong katagori rendah dari skor ideal 100 skor perolehan rata-rata hanya mencapai 50.65 sedangkan ketuntasan klasikal tergolong sangat rendah karena hanya mencapai 6.45%(lampiran 4)


3.9.2 Siklus I
Penelitian tindakan kelas yang di lakukan pada siklus I meliputi: (1) tahap perencanaan ,(2) tahap pelaksanaan tindakan ,(3) tahap observasi,(4) tahap refleksi.

1. Tahap Perencanaan

a). penyusunan persiapan pengajaran siswa dengan pokok bahasan yang akan di sajikan tiap pertemuan (RPP)
b). menyajikan media pembelajaran dengan pokok bahasan yang di ajarkan
c). menentukan metode pengajaran .
d). menyiapkan alat evaluasi

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. pembagian lembar kerja pada siswa
b. membagikan media karikatur kepada siswa
c. siswa menuliskan argument dari karikatur yang di bagikan pada siswa dalam bentuk paragraf
d. siswa berdiskusi antar temen terkait paragraph argumentasi dan karikatur
e. secara bergiliran siswa akan membacakan karya paragrafnya ke depan
f. penguatan dan kesimpulan
g. kegiatan evaluasi

3. Tahap Observasi

Tahap observasi ini di lakukan selama proses belajar mengajar berlangsung untuk mengetahui berjalanya siklus sesuai dengan uang di rencanakan .saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,observasi di arahkan pada prose situ sendiri , aktipitas menulis paragraf argumentasi siswa , serta evaluasi . seluruh hasil observasi akan di analisis oleh peneliti setelah pelaksanaan siklus.

4. Tahap Refleksi

Tahap ini dilakukan setelah semua informasi tindakan terkumpul . informasi tersebut berupa kuualitas langkah-langkah yang di lakukan serta perolehan nilai siswa berdasarkan langkah- langkah tersebut .dalam refleksi dilakukan analisis yang mendalam terhadap kelebihan dan kekurangan tindakan . hasil refleksi berupa temuan siklus yang harus ditindak lanjuti ,apakah penelitian di akhiri karena telah mencapai sasaran atau di lanjutkan dengan siklus selanjutnya .
Adapun yang menjadi acuan kreteria keberhasilan penelitian tindakan kelas pada siklis I ini adalah:
1. Rata-rata kelas mencapai standar minimal sekitar 70 dengan ketentuan sebagian besar (75%) siswa mampu memperoleh nilai 70-100 pada kemampuan menulis paragraph argumentasi
2. Sebagian siswa 75% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas .
Apabila siklus pertama dikatakan gagal atau tidak berhasil ,maka peneliti mengambil tindakan yaitu melanjutkan ke siklus II. Penyusunan siklus II ini ditentukan oleh hasil siklus I .
3.9.3 siklus II
Berdasarkan hasil refleksi siklus I maka hambatan yang di temui akan di perbaiki dalam siklus II lebih lengkapnya akan di susun rencana sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Penelitian membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I
2. Tahap Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran menulis faragraf argumentasi dengan media karikatur berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus I ,dan pelaksanaan pembelajaran menulis paragraph arguimentasi ini guru menggunakan lembar kerja siswa.
3. Pengamatan (Observasi)
Penelitian tindakan ini melakukan pengamatan terhadap siswa di dalam proses belajar mengajar berlangsung ,adapun hal yang di amati:
a. Selama proses belajar mengajar berlangsung diamati tingkah laku siswa
b. Pada akhir proses belajar mengajar dilaksanakan penilaian terhadap hasil belajar dengan menggunakan tes.
4. Refleksi
Penelitianmerefleksi terhadap tindakan siklus II untuk memberikan arti danmenyimpulkan hasil penelitian pada tindakan yang berjudul upaya meningkatkan kemampuanmenulis paragraph argumentasi siswa kelas Xa sma 1 petang ,badung tahun ajaran 2010/2011.
Daftar pustaka
Arsyad, A.1996.Media Pembelajaran.Grafindo : Jakarta
Artana, S.2010.Kemampuan Membaca Wacana Beraksara Bali Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Abang, Kabupaten Karangasem Tahun Pembelajaran 2009/2010.Halm.2
Djuroto, T.2004.Manajemen Penerbitan Pers. Rusdakarya : Jakarta
Dian, R.2007. peningkatan keterampilan menulis paragraf deskripsi melalui metode sugesti-imajinasi dengan media lagu siswa kelas xa sma negeri 2 blora.
Gunartha, W.2007.Diktat Kuliah Evaluasi Hasil Belajar.IKIP PGRI : Denpasar
Kunandar, S.2010.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali : Jakarta
Paramarta, J.2010.Materi Pelatihan Karikatur Presslist. Bogbog : Denpasar
Sanaky, HA.2009.Media Pembelajaran.Safria Insania Press : Yogyakarta
Tukan,P.2006.Mahir Berbahasa Indonesia 1.Ghalia : Jakarta
Widjono,HS.2007.Bahasa Indonesia.Grasindo : Jakarta
Zuriah, N.2007.Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Bumi Aksar : Jakarta
Rosidi, I.2009.Menulis…Siapa Takut?. Kanisius : Yogyakarta
Suparno,dkk.2007.Keterampilan Dasar Menulis. Universitas Terbuka : Jakarta
Putranto, YT.2009. Pengertian Karikatur dalam Buku Karikatur dan Politik. Draft. 2 Januari 2009. Digital Karikatur. 29 Nopember 2010.